Perempuan muslim Ahmadiyah mengadakan Ta’lim Days, yakni Kajian Al-Qur’an dan Tafsir. Melanjutkan agenda lalu, kali ini mengkaji Surat Al-Fatihah ayat 6-7 pada (22/08/2022). Dilaksanakan secara daring melalui WhatsApp group, Telegram dan Video Youtube, acara berlangsung dengan khidmat dan penuh makna dengan di hadiri perempuan Ahmadiyah dari Ratusan cabang. Kajian Al-Qur’an nasional yang berlangsung dalam 3 hari hingga Rabu. (24/08/2022)
Novi Nayyarah Nur, Pengurus Pusat Lajnah Imaillah Bidang Ta’lim menyampaikan materi Q.S Alfatihah Ayat 6-7.
Q.S Al Fatihah Ayat 6, mengandung kata, Ihdina artinya tunjukilah kami jalan yang lurus, perjalankanlah kami di atas jalan yang lurus itu, kemudian tuntunlah dan sampaikanlah kami ke tempat yang dituju. Shirat artinya jalan yang bersih, yang lurus dan rata. Mustaqim adalah jalan yang lurus dan ringkas.
Dalam Qur’an Karim, kata “hidayah” dipakai untuk beberapa makna. Pertama, Memberi kekuatan kepadanya & terus menugaskannya dalam pekerjaan itu. Kedua, Memanggil kepada petunjuk, Membimbing dan menuntun. Persesuaian dan minat terhadap jalan yang lurus. Dan Kelima, Makna hidayat: kemenangan dari Quran Karim dapat diketahui, bahwa hidayah itu bukan nama dari suatu benda, tetapi dia mempunyai derajat yang tiada terhingga.
Orang-orang yang sudah dapat menarik kurnia Allah swt, mereka dapat melihat derajat yang kedua sesudah melihat derajat yang pertama dan begitulah seterusnya dengan tiada berkesudahan.
Dalam ayat ini diajarkan sebuah do’a yang paling tinggi dan paling sempurna, yang tidak ada bandingannya. Pendeknya untuk segala macam pekerjaan dan urusan dapat diambil manfa’atnya dari do’a ini. Do’a ini bukanlah untuk suatu hal yang tertentu saja, bahkan untuk segala macam hal, besar atau kecil, dunia atau agama.
Sementara di Q.S Al Fatihah Ayat 7, mengandung kata An’amta artinya menganugrahi nikmat serta menambahkanya. Perkataan ini hanya dipergunakan untuk wujud yang berakal. Bagi wujud yang tidak berakal seperti hewan dan sebagainya tidak dipakai orang perkataan. Waladl dlaaalliin, Dlalla artinya menyimpang dari jalan yang lurus dan sebagai lawan dari hidayat. Al ghadlab artinya pendidikan darah dalam hati ketika hendak menghukum yang berbuat jahat.
Bila sudah diajarkan do’a mohon diperlihatkan jalan yang lurus, maka dalamnya telah termasuk, jalan itu hendaknya jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahi nikmat, yakni bukan jalan yang biasa, tetapi jalan mereka yang telah terdidik/terlatih ruh dan akhlak mereka sehingga telah menduduki derajat yang tinggi.
Ayat ini mengatakan kepada seorang muslim, bahwa maksudnya bukan hanya mohon diperlihatkan jalan lurus saja untuk mencapai cita-citanya, atau mohon dimasukkan dalam golongan orang-orang yang telah dianugerahi nikmat saja, tetapi mohon ditunjukkan semua jalan petunjuk, semua pelajaran dan semua ‘irfan yang dahulu telah diperlihatkan kepada golongan orang-orang yang telah diberi nikmat.
Dengan menimbulkan harapan yang tinggi ini, Quran Karim telah melimpahkan suatu kurnia yang amat besar dalam umat Muhammadi.
Pendeknya, yang dimaksud dengan shirathal ladzina an’amta ‘alaihim ialah pos yang penghabisan dari insan kamil, yang sejak dahulu kafilah insani menuju kearahnya dan yang pimpinannya dalam berbagai tingkatan diserahkan kepada berbagai nabi pula, dan untuk pimpinan ketingkat yang terakhir diserahkan kepada yang Mulia Muhammad, Rasulullah s.a.w.
Ketinggian dan kesempurnaan manusia adalah karena tiga macam. 1) duniawinya 2) diniahnya 3) nisbat duniawi dan diniahnya.
Antusiasme peserta meningkat ketika adanya kuis kata teka-teki silang seputar materi. Kemudian dilanjutkan dengan tanya jawab di hari berikutnya.
Novi Nayyarah Nur kembali mengutip, Hz Khalifatul Masih II Ra menyampaikan bahwa kita harus memanjatkan doa ini harus dengan niat yang kuat, penuh keikhlasan dan disertai dengan segala ikhtiar “Hai Tuhan, hidayat Engkau sangat luas, jalan-jalan irfan tidak terbatas; bimbinglah hamba ini dengan kurnia Engkau terus menuju kemajuan, jangan hendaknya langkah hamba berhenti di suatu tempat, dan hendaknya sebanyak- banyaknya hamba dapat mengetahui rahasia-rahasia kebenaran ini dan hendaknya hamba mendapat taufik untuk mengerjakannya lebih banyak dari yang sudah-sudah.”
Huzur II Ra, menyampaikan bahwa Allah Ta’ala memberikan kesempatan kepada kita untuk terus meraih kemajuan kemajuan Meskipun seseorang sudah mencapai suatu kemajuan, baginya masih ada juga kemajuan untuk kemajuan yang lebih tinggi. Untuk itu selamanya dia masih mengucapkan do’a ihdinash shiratal mustaqim. Selain dalam urusan agama, dalam urusan pengetahuan duniapun ilmu manusia masih dapat bertambah. Tidak ada suatu ilmupun yang di dalamnya tidak ada kelonggaran untuk bertambah.
Kutipan khutbah jum’at Hz. Khalifatul Masih V aba 17 Juni 2011: Tafsir ayat ihdinash-shiratal-mustaqim adalah memberi kesempatan kepada kita untuk mengikuti jalan mereka yang telah dihujani ni’mat rahmat dan karunia Ilahi. Ringkasnya, hikmah rahasia dari ayat [doa ihdinash-shiratal-mustaqim] ini adalah agar anda sekalian senantiasa ada bersama Imam Zaman.”
Bekenaan dengan pengabulan do’a. Hadhrat Masih Mau’ud as telah menyatakan, Doa bukan sekedar ucapan kata-kata, melainkan mengisi hati dengan rasa takut akan Tuhan. Saat itulah jiwa pemohon mengalir seperti air ke ambang Ilahi dan seseorang mencari kekuatan untuk memerangi kelemahannya. Ini adalah untuk membawa semacam kematian pada diri seseorang. Saat itulah pintu penerimaan dibuka bagi pemohon.