Medan – Mubalig Jemaat Ahmadiyah Medan, Mualana Muhammad Idris menjadi pembicara pada acara dialog lintas iman di SMU Santo Thomas 2 Medan, Senin (21/11).
Masih dalam suasana Hari Toleransi Internasional, di kesempatan tersebut Maulana Muhammad Idris menyampaikan pesan Islam yang damai.
“Islam adalah agama yang membawa kasih sayang, keselamatan dan kedamaian. Demikian nama Islam ini diberikan langsung oleh Allah. Islam menghendaki ketundukkan dan kepatuhan kepada Tuhan, namun Islam juga menghendaki pemenuhan terhadap hak-hak sesama umat manusia,” ungkapnya di hadapan ratusan siswa-siswi.
Kemudian, Mubalig asal Semarang itu pun menekankan bahwa umat Muslim hendaknya memberikan kedamaian terhadap orang-orang lain. Tak terkecuali terhadap umat non-Muslim.
“Oleh karena itu mereka yang berhak menyandang nama Muslim haruslah memastikan bahwa orang-orang yang lain dalam keadaan selamat dari lisan dan perbuatannya. Mereka semua harus merasakan kedamaian hidup berdampingan dengan Muslim.”
“Islam juga menekankan mengenai toleransi. Itulah cara untuk menyikapi keniscayaan dalam perbedaan. Toleransi dalam Islam dikenal dengan At-tasamuh. Al-Quran sendiri merupakan Kitab Toleransi karena lebih dari 300 ayat Al-Quran mengajarkan dan menekankan mengenai toleransi kepada yang berbeda,” tambahnya.
Acara tersebut menghadirkan lima pemuka agama yakni Bhikkhu Dhirapunno, Pastor Yosafat Ivo, Pendeta Muda Herman Manulang, Pandita Chandra Bosse dan Maulana Muhammad Idris sendri.
Masing-masing pemuka agama diminta untuk menyampaikan materi berkenaan dengan tema “Merajut Asa Kebhinekaan untuk Indonesia yang Bertoleransi”.
Kepala sekolah SMU Santo Thomas 2, Suster Ratna menyampaikan bahwa anak-anak yang hadir dalam kegiatan dialog ini adalah masa depan bangsa Indonesia.
“Mereka perlu dibekali dengan pemahaman mengenai merawat keberagaman dan kebhinekaan dalam persatuan Indonesia. Acara ini bertujuan untuk memperkenalkan keyakinan yang berbeda dengan mereka dan mengajarkan kepada mereka nilai-nilai toleransi,” ujarnya.
Kemudian pembicara lain dari agama Buddha, Bhikkhu Dhirapunno menekankan agar acara dialog tersebut lebih bersifat interaktif. Dimana para siswa dipersilahkan untuk bertanya dan menyampaikan apa saja kepada para pembicara yang hadir. Tujuannya supaya kesalahpahaman terhadap agama lain yang mungkin ada dalam benak mereka dapat diluruskan.
“Toleransi dan saling memahami yang berbeda harus diajarkan sedini mungkin agar anak-anak memiliki pandangan dan pemahaman yang benar kepada yang berbeda. Bukan hanya katanya dan katanya saja,” kata Bhikkhu Dhirapunno.
Para siswa nampak sangat antusias mengikuti jalannya acara. Terlihat dari banyaknya pertanyaan yang diajukan mereka.
“Saya senang melihat para peserta aktif untuk bertanya. Ini yang menjadi harapan kami sehingga acara ini bisa memberikan manfaat kepada mereka,” ungkap Petrus selaku Ketua Panitia.
Di sisi lain, Maulana Muhammad Idris sempat menceritakan, bahwa sejak 2018 hubungan antara Ahmadiyah dan siswa-siswi SMU Santo Thomas 2 telah terjalin dengan baik.
Awalnya, Petrus selaku guru sekolah tersebut yang concern terhadap kegiatan lintas iman mengajak beberapa murid untuk datang ke Masjid Mubarak (yang dikelola Ahmadiyah). Di sana mereka belajar tentang Islam.
“Tahun lalu pun digelar kegiatan dialog lintas iman, menghadirkan langsung 60 siswa-siswi SMU Santo Thomas 2 bertempat di Masjid Mubarak. Hari ini acara dialog lintas iman ini digelar di Aula Santo Thomas 2 dengan menghadirkan ratusan peserta yang memenuhi ruangan yang cukup besar,” pungkasnya.