Muara Bungo, (2/6). Bulan suci Ramadhan adalah bulan yang penuh keberkatan, dan Rasulullah (saw) senantiasa mengajak kita untuk terus berjuang meraih jutaan berkat demi mencapai kedekatan dengan Allah (swt).
Rangkaian ayat-ayat dalam surah Al-Baqarah (ayat 184-187) mewartakan tentang keberkatan bulan Ramadhan melalui disyariatkannya ibadah Shaum, diturunkannya al-Qur’an sebagai petunjuk yang hakiki bagi manusia dan merupakan kesempatan pengabulan doa.
Hal inilah yang selalu menjadi bahan renungan dan keyakinan bagi penulis tentang keberkatan bulan suci Ramadhan.
Sebagai seorang waqif (orang yang mewakafkan diri secara total untuk kepentingan agama), shalat dan doa merupakan senjata, sandaran dan harapan.
Dalam berbagai kesempatan ibadah shalat, penulis senantiasa merintih kehadapan Allah (swt) memohon dan mengutarakan segala keluh kesah, mengingat penulis sadar betul penuh dengan kelemahan.
Sebagai seorang Muballigh yang memiliki tugas, misi dan tanggung jawab moril untuk membina anggota Jemaat dan menambah jumlah anggota terlebih saat ini memasuki bulan Juni yang merupakan masa akhir tahun kegiatan periode 2018-2019. Tentunya menjadi sebuah kegelisahan, sebab hampir 7 bulan lamanya belum ada satu orang Mubayyiin Baru (MB) pun yang bergabung. Hal inilah yang kemudian menjadi perhatian penulis lantas merintih dalam hati melalui untaian doa-doa sepanjang bulan Ramadhan.
Disertai dengan ikhtiar pertablighan, penulis berdoa “Ya Allah yang Maha Kuasa dan pemberi karunia, anugerahkanlah kepada Jemaat Kami Mubayyiin Baru. Bukakanlah hidayah bagi orang-orang yang mempunyai fitrah hati yang suci, memiliki jiwa pengkhidmatan dan pengorbanan untuk bergabung dalam Jemaat Ilahi ini”.
Rangkaian doa-doa nan tulus menggunakan bahasa sendiri inilah yg selalu penulis panjatkan sepanjang bulan suci Ramadhan.
Di lain pihak, hampir empat bulan yang lalu penulis memperoleh nomer kontak seseorang dari Mln. Nasrun Aminullah. Muballigh yang bertugas di salah satu cabang di wilayah Sumut ini menginfokan bahwa ada seorang simpatisan Jemaat di daerah Muara Bungo.
Penulis kemudian save nomer simpatisan tersebut lalu mencoba membangun komunikasi melalui fasilitas sms, telpon, maupun WA namun tiada jawaban.
Tanpa rasa putus asa, penulis terus berdoa. Dus, alhamdulillah di akhir bulan Ramadhan mendadak sebuah pesan masuk via WhatsApp, memperkenalkan diri dan bertanya seputar Iman Zaman dan pentingnya beriman kepada Imam Zaman.
Sambil mengutip sabda yang mulia Rasulullah (saw), “Apabila kamu melihatnya (sang Imam Mahdi), maka baiatlah padanya, walaupun kamu harus merangkak di atas salju, karena beliau adalah Khalifah Allah dan Almahdi” (Sunan Ibnu Majah hadits no.4084), penulis coba jelaskan hakikat bai’at.
Setelah rangkaian chat yang panjang di WhatsApp, saudara Suhendri (simpatisan) akhirnya mengajak berjumpa dan penulis kirimkan alamat rumah di Muara Bungo.
Alhamdulillah dengan karunia Allah (swt) pada tanggal 2 Juni 2019, setelah melalui rangkaian diskusi dan tukar pikiran beliau menyatakan bai’at bergabung ke dalam Jemaat dan mengikrarkan keimanannya pada Imam Zaman, Hz. Imam Mahdi (as).
Momen istimewa ini bagi penulis merupakan bentuk pengabulan doa dari Allah SWT dan merupakan Lailatul Qadar bagi saudara kami Suhendri. Mubarak, semoga berkah Ramadhan senantiasa menyertai langkah keimanan di sepanjang masa. Aamiin.
Kontributor : Mln. Muhammad Ahmad Heriyanto