“Saya menyayangkan beberapa orang yang mengatakan Ahmadiyah itu organisasi yang radikal. Saya akhirnya yang sedikit banyak tahu soal Ahmadiyah bisa menjelaskan kepada mereka, yang minim pengetahuan soal Ahmadiyah, bahwa Ahmadiyah itu tidak radikal. Sebaliknya, Ahmadiyah adalah organisasi yang benar-benar mengajarkan jamaahnya untuk cinta damai, seperti slogannya… hatred for none, love for all”
YOGYAKARTA – Minggu pagi, (27/3), Jamaah Ahmadiyah Indonesia Yogyakarta mengadakan acara Milad Jamaah Muslim Ahmadiyah. Acara ini diselenggarakan sebagai bentuk pengenalan Ahmadiyah dengan mengambil momentum hari Masih Mau’ud a.s. 23 Maret lalu.
Rikzi Baihaqi, koordinator acara, menyampaikan bahwa acara ini masih test case atau percobaan dengan membawa hari-hari besar yang diperingati oleh JAI ke ruang publik. “Alhamdulillah, audience yang hadir sekitar 60% dari jumlah undangan yang disebar.” Tercatat 62 peserta hadir dari berbagai organisasi dan komunitas lintas iman, yaitu ISAIs, Alumni Studi Ekskursi, Kordiska, GAI, YIPC, Gusdurian, SIM-C, Gereja Raja Baciro, ANBTI, dan LISP.
baca juga: [feed url=”http://warta-ahmadiyah.org/tag/lintas-iman/feed/” number=”3″]
Meskipun acara berbentuk satu arah, tetapi Rizki merasa hal ini sudah luar biasa melihat jumlah peserta yang hadir. Hal ini didukung pula dengan tanggapan para hadirin. Salah satunya Azizah, mahasiswi program magister dari Universitas Islam Indonesia Sunan Kalijaga.
“Acaranya bagus. Tidak hanya dari orang Ahmadiyah yang boleh datang, tetapi dari luar juga. Itu artinya Ahmadiyah tidak menutup diri atau tidak mau bergaul dengan yang lain.” Ujar mahasiswi program Magister Hukum Keluarga Syari’ah ini.
Azizah mengaku bahwa ia memang tertarik dengan acara yang berkaitan dengan Ahmadiyah. Menurut mahasiswi yang juga aktif di ISAIs ini, acara yang diadakan JAI sangat menarik karena mengajarkan Islam melalui perdamaian, bukan perang.
Hal senada diutarakan oleh Nurbaiti, mahasiswi program Magister Ilmu Komunikasi Universitas Gadjah Mada. Menurutnya, acara ini banyak mengandung pesan perdamaian. Ia tak menyangka ada banyak organisasi lintas iman yang hadir.
Kepada Warta Ahmadiyah, secara khusus Nurbaiti menyampaikan pesannya. “Saya menyayangkan beberapa orang yang mengatakan Ahmadiyah itu organisasi yang radikal. Saya akhirnya yang sedikit banyak tahu soal Ahmadiyah bisa menjelaskan kepada mereka, yang minim pengetahuan soal Ahmadiyah, bahwa Ahmadiyah itu tidak radikal. Sebaliknya, Ahmadiyah adalah organisasi yang benar-benar mengajarkan jamaahnya untuk cinta damai, seperti slogannya… hatred for none, love for all,” ujarnya sambil terbata mengucap slogan yang sering didengungkan itu.
Mantan peserta live-in bersama JAI di Gondrong dan Manislor ini juga menggarisbawahi bahwa Ahmadiyah perlu banyak menjalin silaturahmi dengan orang non-Ahmadi karena masih banyak di antara mereka yang fobia terhadap Ahmadiyah.
Selama kurang lebih 2 jam, sosok Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s dikenalkan secara santai dan ringan serta bagaimana Ahmadiyah bisa berdiri dan tersebar di lebih dari 200 negara. Penyelenggara berharap, acara serupa dapat kembali diselenggarakan melalui momen hari-hari khusus yang diperingati JAI. Dengan demikian, pesan perdamaian Jamaah Muslim Ahmadiyah dapat tersampaikan ke ruang publik. Harapan besarnya generasi muda mendatang tidak lagi antipati mendengar kata Ahmadiyah.
Kontributor/Editor: Husna Farah