MEDAN – Untuk yang kedua kalinya, Jamaah Ahmadiyah Medan menjadi tuan rumah Live In peserta Pelatihan Pluralisme yang diselenggarakan oleh Aliansi Sumut Bersatu di Hotel Polonia Medan selama lima hari, (13—17/1).
Live In yang diselenggarakan selama tiga hari (14—16/1) ini merupakan rangkaian kegiatan pelatihan untuk mengenal lebih dekat kehidupan sosial dan kultur warga Ahmadiyah beserta ajarannya.
Kamis sore, tiga orang peserta Live In—seorang laki-laki dan dua orang perempuan, tiba di Masjid Mubarak Medan. Ketiganya merupakan non-Muslim. Beberapa pengurus menyambut mereka dan kemudian mengajak ke tempat menginap bersama orang tua asuh. Selama live in ini, mereka betul-betul menjadi bagian dari keluarga Ahmadi.
Hari kedua bertepatan hari Jumat. Peserta hadir di masjid mengikuti khutbah Jumat. Terlihat ada beberapa hal yang mereka catat selama khutbah. Selesai shalat Jumat, mereka berdiskusi dengan beberapa pengurus cabang di ruang rapat hingga menjelang Asar. Mereka kemudia pamit keluar karena ada keperluan hingga menjelang Isya.
Mereka kembali ketika di masjid para anggota JAI sedang menyaksikan Khutbah Khalifah Live melalui MTA (Muslim Television Ahmadiyya). Mereka pun ikut menyaksikan khutbah hingga selesai. Mereka juga menyempatkan diri menemui Muballigh Wilayah Sumut 01 yang sejak Kamis hingga Jumat sore pergi kunjungan ke Brastagi. Mereka sudah harus kembali keesokan harinya ke tempat pelatihan dengan membawa kesan dan pesan selama live in yang akan dipresentasikan.
Sebelum kembali ke tempat pelatihan, para peserta menyampaikan motivasi dan kesan selama mengikuti kegiatan live in. Richard Michael Sihombing, satu-satunya peserta laki-laki, mengungkapkan kesannya ketika tinggal dan berinteraksi langsung dengan para Ahmadi yang berbeda dengan media ceritakan.
“Kesannya sangat baik. Tinggal bersama Ahmadiyah yang tak bisa saya lupakan. Kedekatan dan toleransi sangat erat ketika live in. Saudara Ahmadiyah juga sangat lengkap menjelaskan apa itu Ahmadiyah. Ternyata Ahmadiyah tidak seperti orang lain dan media ceritakan. Ahmadiyah sangat toleransi, mencintai perdamaian, seperti kata-kata Ahmadiyah yang selalu diucapkan, Love for All Hatred for None” papar mahasiswa UNIMED ini.
Peserta dari komunitas Rumah Kita, Monica Natalia Hutasoit menyampaikan, “Motivasi saya ikut pelatihan pluralisme dan live in adalah supaya saya semakin banyak tahu keberagaman, mampu memahami lebih jauh, dan kelak bisa menjadi agen perubahan dalam isu tersebut.”
Rasa penasaran adalah salah satu motivasi Julianti Panjaitan, mahasiswi Universitas HKBP Nommensen Pematang Siantar. “Motivasi ikut pelatihan karena rasa penasaran saya terhadap keberagaman agama. Jadi, ingin mengetahui agama lain dan bagaimana cara kita menyikapinya.” ujarnya.
Mahasiswi kelahiran Serdang Dua ini juga menambahkan kesannya selama tiga hari mengikuti Live in. “… Luar biasa! Jemaat Ahmadiyah sangat baik/ramah. Semuanya welcome, bisa menerima kehadiran kami, khususnya ibu dan orang tua asuh kami selama live in,” tambahnya.
Ketiga peserta tersebut berjanji akan menyampaikan apa yang mereka rasakan dan dapatkan selama live in kepada yang lain.
_
Kontributor: L. Sahiba Habib
Editor: Husna Farah