Warta-Ahmadiyah.Org | GARUT – Ikatan Pelajar Islam Ahmadiyah Garut bersama Pemuda Ahmadiyah wilayah Garut mengundang komunitas Respect and Dialogue (Ready) untuk mengadakan diskusi mengenai Perkembangan Jamaah Islam Ahmadiyah, Minggu (13/12). (baca juga: Internalisasi Budaya Damai pada Komunitas Muda di Ambon)
Bertempat di Aula Peace Center milik Jamaah Islam Ahmadiyah Garut, para anggota Ready yang terdiri dari berbagi aliansi seperti Nahdatul Ulama (NU), Syiah, dan Persis bertanya kepada narasumber dari Jamaah Islam Ahmadiyah seperti Mubaligh Ridwan Ahmad, Mubaligh Tatep Wahyu, Mubaligh Yosnefil, Bpk. Mansoor dan Fadhal Husban.
Pada sesi pertama Mubaligh Tatep Wahyu memaparkan mengenai Jamaah Islam Ahmadiyah, antara lain mengenai organisasi, profil pendiri Jamaah Islam Ahmadiyah, Aqidah dan Syariah, serta kedudukan Hazrat Mirza Ghulam Ahmad a.s. (baca juga: Lebih dari 567.000 Orang Bergabung ke Dalam Jamaah Muslim Ahmadiyah)
Dilanjut dengan sesi tanya jawab. Pada sesi ini beberapa peserta dari komunitas Ready bertanya mengenai isu isu sensitif seperti mengapa pusat Jamaah Ahmadiyah di Inggris yang notabene bukan negara dengan mayoritas penduduk Muslim, perbedaan golongan Qadian dan Lahore, serta kitab suci.
Narasumber mampu menjelaskan dengan ringkas dan jelas. Di hadapan para peserta narasumber mengatakan bahwa kitab suci Jamaah Islam Ahmadiyah adalah Al-Qurán. Dengan penjelasan tersebut peserta yang berasal dari luar Jamaah Islam Ahmadiyah berpendapat bahwa isu-isu yang beredar di luar selama ini tentang Ahmadiyah adalah salah.
Acara ditutup dengan shalat Zuhur berjamaah dan dilanjut makan siang bersama. Total keseluruhan sejumlah 42 orang. Para pelajar dan pemuda Jamaah Islam Ahmadiyah Garut berharap selain semakin mempererat hubungan dengan komunitas Ready juga menciptkan suasana kondusif dan saling bekerjasama walau berbeda satu sama lain.
Kontributor dan foto : Amatul Hafiz
Editor : Talhah Lukman Ahmad