Dengan karunia Allah Ta’ala, pada hari Jumat (17/07) telah baiat bergabung ke dalam Islam Ahmadiyah, Shizhi Chen (32 tahun) dan istrinya Kai Lin (28 tahun) di Masjid Islam Ahmadiyah Tuvalu . Chen demikian nama panggilan beliau adalah keturunan asli Tionghoa yang berasal dari Fuzhou, kota kecil di Provinsi Fujian, Cina. Beliau juga adalah pengusaha muda, salah satu importir sepeda motor terbesar di Tuvalu. Setelah bergabung ke dalam Islam Ahmadiyah , beliau mendapatkan nama muslim nya “Jameel Chen” dari Imam Masjid Islam Ahmadiyah Tuvalu.
Jameel Chen bergabung ke dalam Islam Ahmadiyah setelah sebelumnya mendapatkan rabtah tabligh secara intensif dari Muballigh dan Imam Masjid Ahmadiyah Tuvalu, Maulana Muhammad Idris yang asli putra Semarang
. Selama kurang lebih 2 bulan belajar Islam secara intensif dengannya, Chen kemudian memutuskan menjadi Ahmadi Muslim. Terutama setelah Chen selesai menamatkan membaca buku Filsafat Ajaran Islam terjemahan bahasa Mandarin dan sebuah buku lagi yang saat ini masih dipelajarinya yaitu Islam dan Perbandingan Agama-agama karya Maulana Usman Chou. Chen mengungkapkan kekagumannya atas buku Filsafat Ajaran Islam karya Hazrat Mirza Ghulam Ahmad (a.s) yang di dalamnya banyak sekali ditemukan persamaan-persamaan dengan filsafat Cina kuno. Sebagai contohnya Chen menjelaskan mengenai konsep keseimbangan dalam Islam yang dibacanya dari buku Filsafat Ajaran Islam yang menjelaskan bahwa Islam melarang untuk hidup secara berlebihan dari segala aspek. Demikian juga dalam Filsafat Cina kuno yang dia pelajari, keseimbangan dalam hidup adalah kunci kesuksesan. Hal lain yang membuat Chen terkesan adalah paparan Hazrat Mirza Ghulam Ahmad (a.s) mengenai tiga keadaan manusia yaitu keadaan alami, moral dan spiritual manusia. Hal ini menyadarkannya bahwa selama ini, kemungkinan besar dia masih dalam keadaan yang sifatnya alami sebagai manusia. Masih jauh untuk bisa mencapai tingkatan moral apalagi spiritual manusia. Melalui buku Filsafat Ajaran Islam, keyakinan dan pemahamannya mengenai Tuhan terus bertambah. Buku tersebut benar-benar memberikan pencerahan mengenai keberadaan Tuhan baginya. Sebab selama ini Chen mengakui bahwa dia tidak memiliki keyakinan mengenai adanya Tuhan. Keadaan seperti ini sudah lazim bagi sebagian besar penduduk yang tinggal di daratan Tiongkok karena pengaruh paham komunis yang dianut oleh Pemerintah Cina.
Allah Ta’ala sendiri yang telah membukakan pintu hati Chen untuk menerima kebenaran Islam dan Ahmadiyah. Begitu yakinnya Chen untuk baiat, sehingga beliau pun menghubungi orang tuanya di Cina untuk memberitahukan maksud dan keinginannya menjadi Muslim. Sedangkan perkenalan Chen sendiri dengan Maulana Muhammad Idris sudah berlangsung cukup lama. Jama’at Ahmadiyah Tuvalu memiliki hubungan yang sangat baik dengan Komunitas Tionghoa di Tuvalu. Beberapa kali utusan dari Komunitas Tionghoa Tuvalu juga hadir dalam acara-acara keagamaan yang diadakan di Masjid Ahmadiyah Tuvalu. Saat Simposium Perdamaian yang diadakan tahun lalu di Masjid Ahmadiyah Tuvalu, Komunitas Tionghoa Tuvalu juga berpartisispasi mengirimkan utusannya. Maulana Muhammad Idris juga beberapa kali hadir ke dalam acara-acara yang diselenggarakan oleh Komunitas Tionghoa di Tuvalu, khususnya pada saat perayaan Tahun Baru Cina di Tuvalu. Baiatnya Chen ke dalam Islam Ahmadiyah adalah kisah bersejarah bagi Jama’at Ahmadiyah di Tuvalu sebab Chen adalah keturunan Tionghoa yang pertama kali menjadi Ahmadi di Tuvalu.
Maulana Muhammad Idris mengungkapkan bahwa beberapa bulan sebelum baiatnya Chen, beliau melihat dalam mimpinya didatangi seorang Tionghoa yang ingin belajar mengumandangkan azan. Lalu beliau mengajarkan bagaimana melafalkan azan kepada orang Tionghoa tersebut. Mimpi beliau ini tergenapi dengan baiat nya Chen dan istrinya ke dalam Islam Ahmadiyah. Maulana Idris juga mengungkapkan, jauh hari sebelum Chen baiat, Chen seringkali meminta didoakan juga untuk kelancaran dan kesuksesan bisnisnya di Tuvalu bahkan beberapa kali Chen juga ikut berkontribusi, menyumbangkan sejumlah uang untuk keperluan Masjid. Semoga baiatnya Chen dan istrinya benar-benar dapat membawa berkah kepada keturunan Tionghoa lainnya di Tuvalu sehingga mereka pun dapat bergabung ke dalam Islam Ahmadiyah juga. Insya Allah.
Muhammad Idris
Funafuti-Tuvalu