Bandung, Warta Ahmadiyah- Di halaman Masjid Mubarak, Jalan Pahlawan, Bandung, ruangan telah tertata rapi. Karpet digelar, kursi berjajar menghadap layar besar yang menyiarkan pembukaan Jalsah Salanah 2025 dari Tangerang.
Di antara mereka, Entang Rasyid, akrab dipanggil Babeh dan istrinya, Euis, terlihat hadir khidmat.
Pasangan sesepuh Ahmadi Bandung Raya ini lahir dan dibesarkan dalam keluarga awalin Jemaat Muslim Ahmadiyah Indonesia.
Kehadiran mereka sendiri menjadi simbol bahwa keyakinan ini diwariskan dan dijaga dengan penuh kesungguhan.
Penulis berkesempatan berbincang dengan pasangan sesepuh ini, menggali makna tarbiyat yang mereka terima sejak kecil.
Entang Rasyid mengatakan bersyukur dilahirkan dalam keluarga awalin Ahmadi, sehingga tarbiyat sejak kecil sudah beriman kepada kedatangan Imam Zaman.
Bagi mereka, puncak kebahagiaan adalah melihat anak dan cucu tetap berada dalam bahtera Imam Mahdi.
Sederhana, tapi bermakna: Babeh masih membangunkan anak-anak untuk sholat subuh lewat telepon.
Sejak kecil, mereka dibimbing memahami baiat bukan sekadar ikrar formal, tapi diamalkan dalam keseharian dan ibadah.
“Tarbiyat dari orang tua mengajarkan kami kejujuran, amanah, dan ketaatan,” ujar Entang.
Euis terlihat khidmat menyimak ceramah muballigh setempat, sesekali menikmati camilan sambil tetap fokus.
Pesan yang selalu diingat adalah baiat tidak cukup di mulut; harus diamalkan dalam kehidupan nyata.
Anak-anak bermain di dekat tangga masjid, sementara pemuda mengatur sesi berikutnya. Suasana akrab khas Jalsah terasa hangat.
Pasangan ini menitipkan pesan agar anak-cucu tetap menjaga Nizam Jemaat Ahmadiyah dan Bahtera Imam Mahdi.
Jalsah Salanah Bandung tahun ini menjadi istimewa karena mempertemukan cerita dari berbagai generasi, sekaligus mengingatkan bahwa warisan iman harus terus dijaga.