Inggris, Warta Ahmadiyah- Indonesia mengirimkan delegasi terbesar pada konferensi Humanity First Internasional tahun ini yang berlangsung di London, Inggris pada 28-30 November 2025.
Keikutsertaan tersebut mendapat dukungan penuh melalui pembiayaan dari Humanity First Internasional.
Enam perwakilan resmi ditugaskan untuk membawa nama baik Indonesia di forum global tersebut.
Baca juga: Relawan Humanity First Indonesia Mulai Salurkan Bantuan ke Korban Banjir Sumatera Utara
Delegasi dipimpin oleh Kandali Achmad Lubis, Chairman HF Indonesia. Turut mendampingi, Ahmad Masihuddin selaku Vice Chairman HF Indonesia.
Anton Baskoro, Direktur PT LKU, juga termasuk dalam rombongan dan Dr. Raden Hari, Direktur Klinik Rehmat, hadir mewakili sektor kesehatan.
Sementara itu, Soraya Maria S, Kepala Divisi Kreatif dan Marketing, memperkuat sisi komunikasi organisasi.
Selanjutnya Agil Cahyo Manembah ditunjuk sebagai perwakilan dari Divisi Program.
Kehadiran enam utusan ini menjadi salah satu yang paling menonjol.
Dalam konfrensi di ibu kota Inggris, nama Indonesia disebut berulang kali dalam beberapa sesi resmi konferensi.
Baca juga: Minim Ruang Aman, Jemaat Ahmadiyah Berdaya di Bawah Naungan Khalifah
Hal tersebut mencerminkan apresiasi internasional terhadap kontribusi HF Indonesia selama dua dekade.
Penghargaan dari Pemimpin Muslim Ahmadiyah Internasional

Momen penting terjadi saat Kandali Achmad Lubis dipanggil untuk menerima penghargaan khusus.
Penghargaan tersebut diserahkan langsung oleh Pemimpin Muslim Ahmadiyah Internasional, Hazrat Mirza Masroor Ahmad atba.
Hal itu Sekaligus menegaskan pengakuan global atas kiprah Humanity First Indonesia dalam dua dekade terakhir.
Dalam suasana yang sangat menyentuh, Huzoor (aba) membacakan doa untuk menutup rangkaian sesi,
“Dengan ini, saya berdoa agar Allah Yang Maha Kuasa menerima dan membalas semua kontribusi tulus dan layanan yang diberikan oleh anggota Humanity First selama 30 tahun terakhir.”
Konferensi tahun ini sekaligus menandai perjalanan 20 tahun Humanity First Indonesia dalam melayani bangsa.
Dari bencana alam, krisis kemanusiaan, hingga layanan kesehatan, pendidikan, dan pemberdayaan masyarakat di daerah terpencil, jejak panjang ini menjadi saksi bahwa Indonesia bukan hanya penerima manfaat, tetapi juga kontributor aktif. *