Tasikmalaya- Dodi Kurniawan salah satu tokoh Jemaat Muslim Ahmadiyah Tenjowaringin, Tasikmalaya hadir sebagai narasumber pada haul Gus Dur ke-15 di Pendopo Baru Kabupaten Tasikmalaya, Minggu, 31 Januari 2025.
Dodi Kurniawan berpandangan bahwa tobat ekologis seorang muslim khususnya para Ahmadi di Tenjowaringin, dibuktikan dengan memuliakan alam itu sendiri.
Hal itu ia ungkapkan secara tersirat melalui peran masyarakat di Desa Tenjowaringin tempat dirinya tinggal, yang telah melakukan aksi sosial pada momentum ‘Hari Air Sedunia dan Hari Sejuta Pohon’.
“Sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan sekitar, para Ahmadi di Tenjowaringin menggunakan momentum Hari Air Sedunia dan Hari Sejuta Pohon,” katanya.
Lebih jelasnya, Dodi Kurniawan menerangkan momentum tersebut digunakan untuk mengajak masyarakat untuk terlibat aktif tidak hanya mengkampanyekan aksi memuliakan alam. Namun terlibat dalam aksi nyata berupa merawat sungai Cikuray dan menanam pohon di gunung Batu pada tahun 2018-2019 lalu.
“Melakukan gerakan kampanye merawat sungai Cikuray dan penanaman pohon di Gunung Batu bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tasikmalaya pada tahun 2018-2019,” jelasnya.
Sementara dalam kaitannya terhadap bahaya sampah, para Ahmadi di Tasikmalaya turut serta secara aktif dalam kampanye global Ahmadiyah dalam gerakan Clean the City (CTC) serta Clean the Village (CTV) menyasar ruang publik yang belum steril dari tumpukan sampah baik di kota dan desa.
Dodi Kurniawan yang merupakan salah satu pengajar di Sekolah Menengah Atas (SMA) Plus Al-Wahid itu, memaknai tobat ekologis sebagai langkah manusia kembali kepada peran utamanya.
“Dimaknai sebagai kembalinya manusia pada peran utama sebagai ‘khalifah fil-ardh’ (wakil Tuhan di muka bumi),” ungkapnya.
Jadi tobat ekologis sebagaimana termuat dalam Al-Quran surah Ar-Rum ayat 42 yang menyebutkan bahwa kata ‘yarji’ūna’ (mereka kembali) secara maknawi merujuk kepada pertaubatan.
Sedangkan kata ‘taubah’ (taubat) secara etimologis berasal dari ‘tāba-yatūbu-taubatan’ yang berarti rujuk atau kembali.
Singkatnya dalam konteks ekologis maka pertaubatan pun melahirkan istilah pertaubatan ekologis.
Kontributor : Rafi Asamar Ahmad
Editor: Devi Savitri