Tasikmalaya – Konflik keagamaan yang pernah menimpa jemaat Ahmadiyah Singaparna khususnya, bagaimana upaya internal yang ditempuh menjadi objek penelitian 2 mahasiswa Fakultas Dakwah Universitas Islam KH Ruhiyat (UNIK) Cipasung Singaparna Tasikmalaya.
Bertempat di lingkungan Masjid Al Aqsa Cipakat Singaparna Kab Tasikmalaya, Rabu 17 Juli 2024 menemui pengurus Jemaat Ahmadiyah Singaparna, yang diwakili Mln Muhammad Ali, mubaligh Pembina JAI Singaparna, Nanang Suhana Ketua JAI Singaparna dan Nanang AH ketua Ansharullah Wilayah Tasikmalaya.
Ada dua poin yang ditanyakan dalam wawancara tersebut pertama mengenai konflik keagamaan yang pernah menimpa JAI Singaparna dan kedua bagaimana cara menangani konflik tersebut.
Ada beberapa poin yang disampaikan oleh oleh Nanang AH mengenai latar belakang pemicu konflik yang pernah terjadi, diantaranya poin yang paling menonjol situasi politik baik nasional maupun yang ada di daerah.
Poin lainnya adalah SKB 3 Menteri 2008 diikuti Pergub dan perda yang menjadi pegangan pihak tertentu melakukan Presekusi terhadap JAI Singaparna.
Sementara Nanang Suhana menambahkan adanya fatwa MUI tahun 2005 yang menjadi pemicu dari pihak tertentu melakukan persekusi khususnya terhadap JAI Singaparna.
Mln Muhamad Ali menjelaskan bahwa SKB 3 Menteri 2008 telah disalahpahami baik oleh pemerintah ditingkat daerah, aparat keamanan maupun masyarakat.
SKB yang isinya mengatur 2 pihak baik Ahmadiyah maupun non Ahmadiyah dalam penafsiran keagamaan telah disalahpahami seakan sebagai pelarangan aktivitas Ahmadiyah.
Dalam menangani konflik yang terjadi jemaat Ahmadiyah Singaparna menempuh beberapa langkah strategis yang berkelanjutan. Baik pendekatan hukum maupun sosial kemasyarakatan.
Pendekatan advokasi yang ditempuh diantaranya, klarifikasi terhadap institusi terkait mengenai SKB itu sendiri, silaturahmi kepada pihak pemerintahan dari mulai tingkat RT serta kelompok sosial kemasyarakatan yang ada disekitar dilakukan secara kontinyu.
Pendekatan sosial juga terus dilakukan oleh JAI Singaparna, relasi sosial yang sudah dibangun jauh sejak adanya konflik terus dilakukan melalui kerjasama sosial kemasyarakatan.
Bhakti sosial yang menunjukan peran JAI di Singaparna memegang peran penting dalam meredam konflik, Jemaat Ahmadiyah Singaparna baik secara individu maupun organisasi turut berperan aktif dalam kegiatan sosial seperti kerja Bhakti, donor darah, pengobatan massal, sembako murah, gerakan kebersihan dan kegiatan sosial lainnya.
Sesi wawancara yang berlangsung selama 2 jam ini menjadi ajang saling berbagi diluar objek penelitian, hal yang disampaikan kepada mahasiswa adalah bagaimana JAI melakukan dakwah Islam diseluruh dunia dari mulai pendanaan sampai peran tiap anggota Ahmadiyah di seluruh dunia.
Kontributor: Doni Sutriana