Oleh Drs. Pitoyo, M.IKom
PADA 9-18 Maret 2015, saya mendapat undangan dari Humanity First, lembaga kerukunan umat beragama yang berkantor pusat di London, Inggris, untuk mengunjungi Srinagar Kashmir, India, guna melengkapi penelitian saya untuk desertasi doktor Ilmu Komunikasi di Universitas Padjajaran, Bandung.
Udara dingin 9 derajat menyapa saat saya keluar dari Bandara Amritsar, Punjab, India, pukul 5 pagi, (1,5 jam lebih lambat dari waktu Indonesia Barat/WIB) setelah 24 jam perjalanan dari Jakarta, Singapura, dan New Delhi. Perjalanan melelahkan seketika berangsur hilang setelah bertemu dan bergurau dengan dua orang mubalig muda dari Indonesia yang tinggal di Qadian, India, Rahmat Hidayat dan Sayful Mubarak Ahmad, yang menjemput dan mengantarkan saya untuk melakukan perjalanan ke Srinagar Kashmir, India.
Sebelum menuju Kashmir, saya minta untuk singgah di Qadian, India, sebagai pusat berdirinya sekte jemaat Ahmadiyah. Perjalanan dari Amritsar menuju Qadian sekitar 1,5 jam. Qadian adalah tempat yang saya harapkan untuk bisa melengkapi penelitian untuk desertasi doktor saya di Unpad Bandung tentang Konstruksi Makna dan Komunikasi Nabi Bayangan Mirza Ghulam Ahmad. Keinginan saya terpenuhi dan saya bisa melihat dan salat langsung di Masjid Aqso dan Masjid Mubarak yang dibangun oleh Mirza Ghulam Ahmad.
Saya didampingi perwakilan Humanity First, Mansur Ahmad, serta Amir jemaat Ahmadiyah Jabar Yos Kantadiredja, amir Bandung Tengah Mansur Ahmad, serta dua mubalig Indonesia, mengikuti salat berjamaah di Masjid Aqso dan mengelilingi situs bersejarah Mirza Ghulam Ahmad di kompleks rumah Mirza Ghulam Ahmad yang cukup luas (sekitar 1 ha). Dalam kompleks rumah Mirza Ghulam Ahmad terdapat dua masjid besar, yakni Masjid Mubarak dan Masjid Aqso yang dilengkapi dengan menara putih.
Saat mengelilingi kompleks rumah Mirza Ghulam Ahmad, saya ingin membuktikan omongan (tudingan) banyak orang yang menyatakan bahwa jemaat Ahmadiyah melaksanakan ibadah haji ke Qadian, yang dimaksud tentu masjid Mirza Ghulam Ahmad.
Selama tiga hari tinggal di lokasi tersebut saya tidak menemukan tempat yang digunakan untuk ritual haji atau umrah. Kegiatan ritual ibadah hanya salat wajib dan saya berkesempatan salat Jumat berjamaah di masjid Aqso. Tidak ada ritual ibadah tambahan selain salat wajib, sunah, kajian Alquran, dan mengaji secara perseorangan setelah salat Subuh. Saya sempatkan untuk wawancara dengan amir jemaat Ahmadiyah Qadian, Mohammad Inaam Ghori.
Saya berdiskusi cukup lama tentang Ahmadiyah, termasuk Masjid Aqso dan menara putih. Penjelasannya sama dengan hasil penelitian saya pada jemaat Ahmadiyah di Bandung, bahwa tidak ada tempat ibadah haji di Qadian. Yang ada hanya tempat salat wajib dan sunah serta kajian Alquran.
Ghori justru tertawa mendengar bahwa Qadian dijadikan sebagai tempat ibadah haji, “Haji bagi kami muslim Ahmadiyah, ya, di Masjidil Haram dan silaturahim ke makam Rasulullah saw di Madinah,” jelasnya.
Qadian merupakan situs berdirinya jemaat Ahmadiyah karena Mirza Ghulam Ahmad lahir dan dimakamkan di Qadian. Ghori mengatakan asal-usul tudingan bahwa jemaat Ahmadiyah berhaji ke Qadian mungkin karena tiap akhir Desember jemaat Ahmadiyah mengadakan Jalsa Salana di Qadian yang dihadiri oleh jemaat Ahmadiyah sedunia. Jalsa Salana adalah pertemuan rutin Ahmadiyah untuk mendengarkan ceramah dari Mirza Ghulam Ahmad, yang kemudian dilanjutkan oleh para khalifah. Saat ini Khalifatul Masih V Mirza Masroor Ahmad.
“Karena jumlah yang hadir di Jalsa Salana sekitar 30.000 orang, maka mungkin saja ada yang mengira kami melaksanakan ritual haji. Padahal mereka hanya duduk mendengarkan ceramah di lapangan terbuka dan salat berjamaah,” tandasnya.
Saya juga pernah menghadiri Jalsa Salana di London, Inggris, akhir Agustus 2014, sebagai peneliti Ahmadiyah atas undangan Khalifatul Masih V Mirza Masroor Ahmad. Jalsa Salana adalah pertemuan rutin tahunan yang diselenggarakan di semua cabang Ahmadiyah di dunia. (bersambung)
Sumber: Koran TRIBUN JABAR Rabu, 25 Maret 2015 hal 1 dan 11.
Diketik ulang pertama kali di : http://isyaatjakbar.org/menjelajah-surga-dunia-di-kashmir-india-1/