Jakarta– Mahasiswa jurusan Filsafat di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, mengaku kagum dengan upaya Ahmadiyah membumikan Al-Quran di seluruh pelosok dunia.
“Salah satunya, inisiatif Ahmadiyah menerjemahkan Al-Quran ke berbagai bahasa, memungkinkan akses bagi orang-orang yang belum memiliki akses ke agama dalam bahasa mereka,” kata Muhammad Haris saat mengunjungi pameran 100 terjemah Al Quran dalam bahasa dunia di Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Selasa, 9 Januari 2024.
Menurut Haris, dengan terjemahan ke bahasa dunia, pemahaman tentang Al-Quran dan Islam dapat diperluas di berbagai kalangan masyarakat yang lebih luas.
“Hal ini sangat penting untuk memajukan Islam di Indonesia, yang memiliki keragaman budaya dan bahasa. Dengan terjemahan Al-Quran, masyarakat dapat memahami agama Islam secara lebih mendalam dan tepat,” ujar Haris.
Kagumi Sosok Pendiri Ahmadiyah
Haris juga mengagumi pemikiran filsafat Mirza Ghulam Ahmad, pendiri Ahmadiyah. Ia menilai pemikiran Mirza Ghulam Ahmad masih relevan hingga saat ini.
Haris juga mengagumi pemikiran filsafat Mirza Ghulam Ahmad, pendiri Ahmadiyah. Ia menilai pemikiran Mirza Ghulam Ahmad masih relevan hingga saat ini.
Diketahui, Haris pertama kali mengenal pendiri Ahmadiyah melalui Buku Filsafat Ajaran Islam.
Filsafat Ajaran Islam karya Hazrat Mirza Ghulam Ahmad adalah risalah yang membahas tentang dasar-dasar ajaran Islam, yaitu tauhid, kenabian, hari akhir, dan syariat.
Buku ini menjelaskan bahwa Islam adalah agama universal yang selaras dengan fitrah manusia, dan mengajarkan tentang berbagai hukum dan peraturan yang bertujuan untuk menciptakan tatanan masyarakat yang adil dan makmur.
“Dalam pemikiran Mirza Ghulam Ahmad, tidak ada pertentangan, terutama dalam konsep kehidupan setelah kematian, karena itu merupakan pengalaman universal manusia. Konsep tentang tingkatan dunia dan kehidupan manusia adalah respons atas tantangan pada zamannya,” kata Haris.
Hazrat Mirza Ghulam Ahmad dan Ahmadiyah Bagian Dari Islam
Haris melihat Hazrat Mirza Ghulam Ahmad sebagai bagian dari Islam dan usahanya dalam membantu menyebarkan ajaran Islam yang universal di dunia.
“Namun, ada satu masalah yang masih dihadapi, yaitu pemikiran bahwa Islam adalah agama yang sempurna dan tidak perlu lagi ditafsirkan. Padahal, untuk memajukan Islam, penting untuk menafsirkan ajaran Islam sesuai dengan budaya lokal. Dengan demikian, nilai-nilai Islam dapat benar-benar meresap dalam budaya dan konteks lokal, sesuai dengan prinsip Islam sebagai rahmat bagi semesta alam,” tutup Haris.