Semarang– Jemaat Ahmadiyah bergabung dengan AJI Semarang dan 30 komunitas lainnya, dalam kolaborasi hadapi penyebaran disinformasi yang semakin meresahkan di era digital.
Disinformasi dianggap memicu fitnah, stigmatisasi, ujaran kebencian, dan masalah hukum dan hak asasi manusia.
Keadaan dinilai semakin mendesak menjelang pemilihan umum tahun 2024 dengan peningkatan berita palsu melalui platform digital.
Perwakilan Jemaat Ahmadiyah Cabang Kota Semarang Yuni Kurniawan, sebut kolaborasi ini penting untuk melawan disinformasi dan memastikan semua warga negara mendapatkan hak yang sama untuk mengakses informasi yang benar.
“Kolaborasi ini tentu sangat bermanfaat bagi Ahmadiyah,” ujarnya.
Dilansir dari jateng.tribunnews.com, forum Grup Diskusi (FGD) melibatkan 30 organisasi dan lembaga yang mewakili berbagai kelompok masyarakat, diadakan di Hotel Andelir, Kota Semarang, pada Sabtu, 7 Oktober 2023.
Sejalan dengan itu, Koordinator Cekfakta.com Adi Marsiela, menyoroti kerawanan kecurangan pemilu di Kota Semarang, terutama karena statusnya sebagai ibu kota provinsi Jawa Tengah dan tempat asal salah satu kandidat calon Presiden.
Adi menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor yang melibatkan pemerintah, swasta, lembaga media, dan masyarakat sipil untuk memastikan kebenaran dan keseimbangan dalam penyebaran informasi.
Penelitian menunjukkan bahwa penyebaran informasi palsu terjadi 6-7 kali lebih cepat daripada usaha untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan kasus hoaks.
Oleh karena itu, diperlukan pendekatan yang menyeluruh yang melibatkan berbagai pihak dalam mengatasi masalah ini.
Adi Marsiela menambahkan bahwa penguatan komunikasi dan jaringan antar lembaga serta organisasi sangat diperlukan untuk menciptakan ruang alternatif yang memberdayakan masyarakat dalam hal informasi yang benar.
Para peserta FGD diharapkan dapat berperan sebagai penyedia informasi yang akurat, tepercaya, dan bermanfaat.
Kolaborasi ini mencerminkan semangat bersatu dalam menghadapi tantangan disinformasi dan berkomitmen untuk menjaga integritas informasi di era digital yang terus berkembang.
“Diperlukan pendekatan secara menyeluruh untuk meminimalisir, menanggulangi dan mengidentifikasi disinformasi dengan kerja-kerja kolaboratif bersama pihak-pihak terkait,” pungkasnya yang juga Ketua Divisi Internet AJI Indonesia.