Bagaimana jika dua organisasi Islam yang sama-sama memiliki khalifah bertemu? Itulah yang terjadi di kota Bima, 27 Desember 2014 ketika rombongan Jamaah Muslim Ahmadiyah NTB mengunjungi markas Khilafatul Muslimin di kota Bima.
Meskipun sama-sama dipimpin oleh khalifah, namun ada perbedaan tentang konsep khalifah yang mereka usung. Jika khalifah ahmadiyah bersifat universal dan permanen maka khalifah dalam organisasi Khilafatul Muslimin bersifat sementara. Mereka mengangkat Al-Ustad Abdul Qadir Hasan Baraja sebagai khalifah sementara hingga diangaktnya khalifah yang diakui oleh seluruh umat islam internasional. Hal ini tercantum dalam maklumat di website khilafatul muslimin. Silahkan baca MAKLUMAT DITEGAKKANNYA KEMBALI KHILAFAH ISLAMIYYAH
Dalam silaturahmi tersebut dilaksanakan diskusi berjudul “Paranan Khalifah di Muka Bumi”. Setelah memperkenalkan sebagai penganut Ahmadiyah, Mln. Saleh Ahmadi selaku Mubaligh Wilayah NTB memaparkan dalil-dalil yang tertera dalam Al-Quran mengenai peranan Khalifah di muka bumi. Gayung bersambut, dari pihak Khilafatul Muslimin memaparkan dengan konsep yang sama. Pihak Khilafatul Muslimin menambahkan bahwa pentingnya paranan Khalifah di muka bumi ini karena untuk memperbaiki akhlak umat manusia harus ada pemimpin secara universal yang menjadi teladan untuk di taati, Ujar Ustad Yusuf sebagai juru bicara yang mewakili dari Khilafatul Muslimin. Hingga menjelang sore diskusi mengenai Khalifah belum menemukan titik temu yang jelas. Akhirnya diskusi ditunda di lain waktu. Sebelum berpisah, pihak Ahmadiyah dan Khilafatul Muslimin saling berbagi buku. (SA)