Bogor- Mln. Muhammad Arifin menjadi lulusan terbaik dari Jamiah Internasional Indonesia.
Ia berhasil menyelesaikan studinya dengan gelar Shahid, memperoleh Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) sebesar 3,55 yang membanggakan.
Kisah suksesnya tak lepas dari latar belakang keluarganya yang sangat mendalami ilmu agama.
Dilahirkan di Pir Trans Sosa II, Kecamatan Huta Raja Tinggi, pada 27 April 1998, ia berasal dari keluarga yang dekat dengan nilai-nilai keagamaan.
Ayahnya berasal dari Blitar, sedangkan ibunya berasal dari Sukabumi. Sebagai bagian dari program transmigrasi, ayahnya merantau ke Sukabumi pada tahun 1992 dan kemudian menikahi ibunya sebelum mereka berdua pindah ke Sumatera Utara.
Kendati keluarganya hidup dalam keterbatasan, Mln. Muhammad Arifin telah menaruh keinginan kuat untuk menjadi seorang mubaligh sejak remaja. Ia mengaku terinspirasi oleh Mln. Habib Ahmad Berlin, yang saat itu bertugas di Cabang Ahmadiyah Sosa .
“Saya ingin sekali menjadi seorang mubaligh, karena sebelum sekolah SD pun saya sudah dekat dengan seorang mubalik, yakni Bapak Maulana Habib Ahmad Berlin, yang tugas di Sosa pada waktu itu,” jelasnya.
Mln. Muhammad Arifin menjelaskan bahwa Al-Quran memainkan peran sentral dalam hidupnya. Baginya, Al-Quran adalah sumber pencerahan dan pedoman dalam menjalani kehidupan.
Meski ia mengakui bahwa masih banyak hal yang perlu diperbaiki dan diterapkan sesuai dengan ajaran Al-Quran, ia terus berusaha untuk menyempurnakan implementasi perintah Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari.
“Saya hanya terus saja berusaha untuk menyempurnakan apa-apa yang diperintahkan di dalam Al-Quran itu,” katanya.
“Masih banyak sekali yang saya masih belum bisa laksanakan perintah-perintah itu, namun mohon doanya juga mungkin untuk semua,” ungkap Mubaligh itu..
Mln. Muhammad Arifin berharap agar semua umat Muslim juga dapat mengamalkan ajaran-ajaran tersebut.
Sebagai seorang Mubaligh, ia memiliki harapan besar. Dalam hal ini, berharap dapat memberikan manfaat bagi kemajuan jasmani dan rohani bagi orang sekitar.
Memiliki tekad ingin berbagi pengetahuannya dan pengalaman spiritual kepada orang-orang di sekitarnya, terutama kepada keluarga dan mereka yang belum memiliki kedekatan dengan agama.
“Terutama orang-orang yang dekat, menjadi lebih kenal dengan agama dan menjadi lebih berguna lagi, saya (berniat) untuk memajukan baik sisi jasmani maupun rohani orang-orang sekitar,” tegasnya.
Mln. Muhammad Arifin juga berbagi tentang hubungannya dengan Khilafat. Meskipun terbatas dalam pertemuan langsung dengan Khalifah, ia dapat mengirim surat kepada Huzur aba, pemimpin spiritual Jemaat Ahmadiyah Sedunia.
Selama di Jamiah, ia telah dilatih untuk menulis surat kepada Huzur dan berusaha mengirimkan surat setidaknya sebulan sekali. Dengan cara ini, ia berharap dapat mempererat hubungannya dengan khilafat melalui surat dan menjalin kedekatan yang lebih erat.
“Insya Allah ke depannya saya akan berusaha lebih giat dan lebih mendekatkan diri lagi kepada khilafat dengan senantiasa mengirim surat dan memperarat hubungan saya kepada khilafat,” terangnya.
Mln. Muhammad Arifin menggambarkan sosok ibunya yang sederhana namun tegas.
Keakraban dan bimbingan ibunya telah memberikan pengaruh besar dalam membentuk karakter dan ketekunan Arifin dalam menjalani kehidupan yang dekat dengan agama.
Keberhasilan Mln. Muhammad Arifin sebagai lulusan terbaik dari Jamiah Internasional Indonesia dengan gelar Shahid menunjukkan dedikasinya yang tinggi dan kerja kerasnya dalam mengejar ilmu dan memperdalam pemahaman agama.
“Jadi sosok ibu saya itu memberikan sebagai pengingat bagi kami, untuk melaksanakan kebaikan-kebaikan yang harus kami laksanakan, seperti ibadah, dan mendekatkan diri kepada jemaah. Ya mungkin itu profil singkat dari saya,” pungkasnya.
Kontributor: Amatul Noor