By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
Warta Ahmadiyah
Youtube
  • Beranda
  • Berita
    • Mancanegara
    • Nasional
    • Daerah
  • Organisasi
    • Ansharullah
    • Khuddam
    • Lajnah Imaillah
  • Kebangsaan
  • Keislaman
  • Sosial
  • Rabthah
  • Opini
  • Siaran Pers
Font ResizerAa
Warta AhmadiyahWarta Ahmadiyah
Pencarian
Follow US
  • Berita
  • Organisasi
  • Kebangsaan
  • Keislaman
  • Sosial
  • Rabthah
  • Opini
  • Siaran Pers
© WartaAhmadiyah
NasionalPerspektif

Inilah konsep kenabian menurut Sunni, Ahmadiyah, dan Syiah

Last updated: 20 Mei 2015 00:27
By Redaksi 323 Views
Share
SHARE

konsep kenabian lintas aliran, perspektif Sunni, Ahmadiyah, dan Syiah” ini membahas tentang implementasi islam yang rahmatan lil ‘alamin dalam perbedaan.

Satu Islam, Jakarta – Konsep kenabian ditinjau dari pandangan lintas madzhab diseminarkan oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Rabu, 17 September 2014. Seminar teologi yang mengundang perwakilan dari tiga mazhab Islam dengan tema “konsep kenabian lintas aliran, perspektif Sunni, Ahmadiyah, dan Syiah” ini membahas tentang implementasi islam yang rahmatan lil ‘alamin dalam perbedaan.

Pandangan Ahmadiyah tentang kenabian yang disampaikan oleh Prof. Abdul Rozak. Ia membedahnya melalui tinjauan teks atau dari dalil al-Qur’an dan Hadist. Berdasarkan tafsir Ahmadiyah yang didasari dari Qur’an dan Hadist, bahwa kenabian diibaratkan seperti dua mata uang.

Sisi pertama memiliki peran hanya sebagai penerima kabar gaib dari Allah. Abdul Rozak juga menyampaikan pandangan kenabian dari sisi yang kedua. Menurutnya, seorang Nabi selain menerima kabar ghaib dari Allah, juga memiliki peran penyampai, dalam hal ini menyampaikan kabar ghaib tersebut kepada umat manusia.

Kenabian pada sisi pertama tentunya masih dibuka oleh Allah. Nabi yang seperti ini syarat pertama, harus menjadi umat Muhammad saw. Syarat kedua menjalankan dan mentaati syariat Muhammad saw. Syarat ketiga menyampaikan risalah dari Nabi Muhammad saw.

”Allah SWT sendirilah yang mengangkat seseorang menjadi Nabi karena ketaatannya kepada baginda Nabi Muhammad Saw”, ujarnya.

Nabi penutup atau khotamun nabiyyin menurut Ahmadiyah adalah Nabi [penutup] yang membawa syariat, yakni Nabi Muhammad saw.

“Nabi [penutup] pembawa syariat adalah Nabi Muhammad.” kata Abdul Rozak.

Kenabian menurut Sunni yang disampaikan oleh Edwin Syarif. Ia terlebih dahulu menceritakan bagaimana kronologis sebab munculnya Ahlussunnah waljamaah yang keberadaannya di Indonesia, kemudian hari bermetaforfosis sebagai NU atau Nahdlatul Ulama.

Dari aspek historis ,di tengah-tengah umat islam pernah muncul perdebatan teologis yang mebicarakan tentang akidah. Saat itu terjadi perbedaan pandangan kelompok antara Muktazilah dan Maturidiyah.

”Lalu ada kelompok yang mengklaim garis tengah atau moderat yang desebut sebagai Asy’ariyah. Dari sinilah paham ahlussunah NU berasal”, ujar Edwin Syarif pada seminar tersebut.

Teologi ini muncul ketika pasca wafatnya Nabi Muhammad saw tepatnya pada saat arbitrasi antara Khalifah Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah. Di lain pihak muncul kelompok khawarij yang menuding bahwa siapapun yang tidak berhukum berdasarkan hukum Allah SWT maka dia adalah kafir. Oleh karena itu, dari sanalah munculnya perdebatan teologi.

Sunni yang asy’ariyah tidak sebagaimana muktazilah yang menggunakan akal secara keseluruhan dalam melihat teologi. ”Sunni menggabungkan antara wahyu dan akal, namun porsi wahyu lebih besar dari pada porsi akal”, klaim Edwin.

Sunni menilai kenabian, lanjut Edwin, sudah ditutup dengan kata lain tidak ada lagi Nabi dan Rasul setelah Nabi Muhammad saw. Arti khatamun nabiyyin adalah Nabi penutup.

Pintu berita ghaib yang berhubungan antara yang transenden dan imanen yang disebut sebagai wahyu sudah tertutup menurut pandangan sunni,”ujar Edwin.

Namun, demikian lanjut Edwin, masih ada berita ghaib yaitu yang disebut sebagai ilham. Sedangkan ilham hanya diturunkan kepada wali-wali Allah swt..

Foto: DMX
Foto: DMX

Sementara itu kenabian menurut Muhsin Labib yang dari Syiah meninjaunya dari aspek filosofis. Dia mendahului paparannya dengan pernyataannya yang enggan mengklaim dirinya sebagai representasi Syiah.

“Untuk menjadi Syiah tidaklah mudah karena Syiah itu berjenjang,”kilah Muhsin Labib.

Muhsin Labib dalam paparannya, terlebih dahulu memeperjelas perbedaan antara konsep dengan sosok. Lalu mulai dengan memperjelas posisi konsep.

Menurut Labib seseorang harus mendahulukan ‘apa’ dari pada ‘siapa’. Karena, lanjutnya, sebelum mengenal sosok Nabi, harus mengenal terlebih dahulu konsep kenabian.

”Konsep kenabian yang dimaksud adalah mediasi antara yang mutlak dan yang relatif”,ujar Labib.

Ia beralasan Tuhan yang naha suci tidak mungkin bercampur dengan manusia yang maha dekil. Yang mutlak tidak mungkin bercampur dengan yang relatif.

Ditambahkannya sesuatu yang suci bila tercampur dengan yang tidak suci, maka kedua-keduanya akan menjadi tidak suci. Tidak ada afinitas antara yang mutlak dengan yang tidak mutlak.

“Karenanya, dalam relasi itu meniscayakan seseorang yang bisa menghubungkan antara yang mutlak dengan yang tidak mutlak”, ujar Labib.

Dia seseorang manusia yang berperan sebagai penghubung. Penghubung yang dimaksud harus memiliki aspek kesucian. “Penghubung itulah yang kita kenal sebagai Nabi,” ujarnya.

Menurut Muhsin, konsep kenabian adalah deduktif, sedangkan sosok nabi adalah induktif. Hukum dialektika mengatakan yang induktif berada di bawah yang deduktif.

Seminar ini dihadiri kebanyakan dari civitas akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Suasana seminar sesekali diwarnai tepuk tangan saat Muhsin Labib usai menyampaikan pandangannya.

You Might Also Like

Muslim Ahmadiyah Terbitkan Terjemahan Al-Quran Bahasa Sunda Sebagai Rasa Cinta Pada Budaya Bangsa

Ikatan Wanita Ahmadiyah Padang Gelar Pertemuan Rutin di Istana 

Indahnya Kebersamaan, Anggota JAI Bogor dan Warga Kebon Jahe Makan Siang Bersama di Halaman Masjid

Putra-Putri Ahmadiyah Yogyakarta Kunjungi Museum Vredeburg

Jamaah Islam Ahmadiyah Kediri Jadikan Clean The City Sarana Tabligh

TAGGED:ahmadiyahKonsep Kenabiansunnisyiah
By Redaksi
Follow:
MEDIA INFORMASI JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA
Previous Article Ahmadiyah Manislor Meriahkan Hari Jadi Kota Kuningan ke-516
Next Article Seorang Dokter Ahmadi Disyahidkan di Mirpur Khas Pakistan
Leave a Comment

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You Might Also Like

Pameran ini digelar oleh Komunitas Muslim Ahmadiyah Indonesia guna memperkenalkan 100 terjemahan Al Quran dalam berbagai bahasa dunia di Student Center, UIN Syarif Hidayatullah.
BeritaNasional

Komunitas Muslim Ahmadiyah Pamerkan 100 Bahasa Terjemah Al Quran di UIN Jakarta

Amatul Noor 2 Min Read
BeritaDaerah

Pengurus SABER Dikukuhkan, Amir Daerah Ahmadiyah Kalbar: Selamat dan Semoga Bermanfaat

Mubarak 2 Min Read
JALIN Harmoni saat Audiensi dengan Walikota Makassar Danny Pomanto
NasionalRabthahSosial & Kemanusiaan

Walikota Makassar dukung Clean The City Tahun Baru gagasan Jaringan Lintas Iman

Redaksi 2 Min Read
Previous Next
Warta Ahmadiyah

Warta Ahmadiyah merupakan sumber resmi Jemaat Ahmadiyah Indonesia yang menyajikan ragam informasi seputar kegiatan dan pandangan Ahmadiyah mengenai berbagai hal.

Kategori

  • Berita
  • Organisasi
  • Kebangsaan
  • Keislaman
  • Sosial
  • Rabthah
  • Opini
  • Siaran Pers

Informasi

  • Redaksi
  • Kontak Kami
  • Kirim Berita

Copyright 2016 – 2023 @wartaahamdiyah.org All rights reserved

Welcome Back!

Sign in to your account

Username or Email Address
Password

Lost your password?