Surakarta – Mubalig Ahmadiyah Solo Raya Maulana Muhaimin Khairul Amin berkesempatan hadir dalam acara dialog bersama sejumlah tokoh agama dan kepercayaan, bertempat di Hotel Indah Palace Surakarta, Senin (31/10).
Dialog antar sejumlah tokoh agama ini diinisiasi oleh Yayasan Kepedulian untuk Anak Surakarta (Kakak), bekerjasama dengan Search for Common Ground Indonesia (SFCG). Mengusung tema, “Situasi Menjelang Tahun Politik”.
Dalam kesempatan tersebut, Maulana Muhaimin menyampaikan bahwa selama ini seringkali terjadi hal-hal yang tidak diharapkan menjelang tahun-tahun politik. Para tokoh agama dan pejabat yang seharusnya menjadi panutan dalam berpolitik, tidak jarang menjadikan isu Ahmadiyah untuk kepentingan politik.
“Ahmadiyah seringkali dijadikan isu politik oleh beberapa oknum, baik tokoh agama maupun masyarakat yang menjadi calon pemimpin di suatu daerah. Jemaat Ahmadiyah tidak pernah melawan dengan cara kekerasan di manapun dan tidak di-backup oleh partai politik manapun, sehingga warga Ahmadiyah kadang selalu menjadi sasaran persekusi akibat fitnahan yang dilakukan untuk kepentingan politik tertentu,” tuturnya.
Kemudian, Yayasan Kakak telah mencatat temuan pelanggaran kebebasan beragama dan berkeyakinan, diantaranya pelarangan rumah ibadah, pelarangan aktivitas keagamaan, kriminalisasi keyakinan, pemaksaan keyakinan hingga pembiaran oleh aparat dan tindakan kekerasan di tingkat masyarakat. Hal itu menimbulkan kekhawatiran akan pelanggaran kebebasan beragama dan berkeyakinan menjelang tahun politik 2024 mendatang.
Oleh karena itu, Direktur Yayasan Kakak Shoim Shahriyati, mengajak kepada para tokoh agama serta audience yang hadir untuk mengantisipasi kejadian serupa.
“Dalam kaitannya dengan politisasi agama, perlu diantisipasi agar tidak marak terjadi seperti tahun-tahun politik sebelumnya. Hal tersebut harapannya tidak akan berdampak pada kriminalisasi terhadap kelompok rentan karena berbeda pandangan, agama dan keyakinan,” ucapnya.
Ia pun menegaskan, atas dasar itu Yayasan Kakak bekerja sama dengan Search for Common Ground Indonesia (SFCG) akan terus memperkuat kolaborasi multi-stakheolder dari berbagai unsur agama dan keyakinan untuk mempromosikan toleransi dan ketahanan masyarakat.
“Kegiatan ini diharapkan bisa menekan dan mengantisipasi berbagai hal seperti ujaran kebencian, diskriminasi atau bahkan persekusi terhadap kelompok tertentu,” tegasnya.
Senada dengan itu, Ketua FKUB Surakarta yang juga Ketua Tanfidhiyah NU, Kyai HM. Mashuri menanggapi situasi menjelang pemilu. Ia berharap setiap pemuka agama dapat mensosialisasikan kepada para jamaah dan umatnya agar bisa memiliki kecerdasan emosional yang matang menghadapi tahun-tahun politik saat ini dan kedepannya.
“Perbedaan pilihan itu biasa, kita harus memiliki kecerdasan intelektual, tidak saling fitnah, saling hujat dan sebagainya. Usahakan setiap jamaah kita punya wawasan kebangsaan yang cukup, karena di akar rumput sering terjadi pecah belah, terjadi polarisasi. Kita harus mengedukasi masyarakat agar memiliki keserdasan intelektual, memiliki kecerdasan emosional yang matang sehinga kita bisa tetap hidup rukun dalam beragama, bernegara, berbangsa, bermasyarakat dan berpolitik,” jelasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Maulana Muhaimin memaparkan bentuk Jemaat Ahmadiyah serta kedudukan organisasi dalam menempatkan perannya di masyarakat. Ia menegaskan bahwa Ahmadiyah tidak terlibat dalam hal politik praktis.
“Jemaat Ahmadiyah murni organisasi agama dan tidak memiliki partai politik. Namun bagi anggota Jemaat Ahmadiyah sebagai warga negara Indonesia berhak dipilih dan punya hak untuk memilih dalam pesta demokrasi,” ungkapnya.
Di akhir, Maulana Muhaimin memberikan pesan kepada awak media yang hadir, “Sebisa mungkin para awak media agar selalu check and recheck, tabayun jika ada hal yang berkenaan dengan Ahmadiyah yang mau diberitakan,” pungkasnya.