Bogor – Amir Nasional Jemaat Ahmadiyah Indonesia (Amir Nas JAI), Maulana H. Abdul Basit, Shd menyerahkan secara langsung Surat Keputusan (SK) pengangkatan mubaligh bagi ke-17 orang lulusan Jamiah Ahmadiyah 2022 di Kampus Mubarak pada Rabu (3/8/2022). SK yang diterbitkan dan ditandatangani oleh Amir Nas JAI pada 28 Juli 2022 tersebut selain menyatakan secara resmi pengangkatan mereka sebagai mubaligh Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) di dalamnya juga memuat berbagai hak dan kewajiban sebagai seorang mubaligh.
Para mubaligh yang menerima SK pengangkatan terdiri dari 8 Syahidin setingkat pendidikan S2 dan 9 Mubasysyirin yang selevel dengan pendidikan S1. Berikut nama-nama Syahidin dan Mubasysyirin yang baru mendapat SK pengangkatan dari Amir Nas JAI, Maulana H. Abdul Basit, Shd., yakni: Maulana Jamaluddin Victory, Shd., Maulana Khalid Walid, Shd., Maulana Tanveer A. Khudori, Shd., Maulana Mochammad Syer Ali Khan, Shd., Maulana Zulfikar Fadly, Shd., Maulana Muhammad Talha, Shd., Maulana Iman Ahmad, Shd., Maulana Sulthonul Qalam, Mbsy., Maulana Sultan Nasir, Mbsy., Maulana Muhyiddin Sayyid, Mbsy., Maulana Andri Anshar Humayyun, Mbsy., Maulana Kasyafullah Nur Ilahi, Mbsy., Maulana Murbayuddin Qoyyum, Mbsy., Maulana Raden Riyazi Arifin, Mbsy., Maulana Abdul Nasir, Mbsy., Maulana Muhammad Dahlan, Shd,, dan Maulana Zafrullah, Mbsy.
Berkaitan dengan penyerahan SK pengangkatan ke-17 mubaligh baru, Kepala Kantor Mubaligh JAI, Maulana Basuki Ahmad mengungkapkan bahwa pasca diwisuda pada 15 Juli 2022 mereka kemudian secara simbolis diserahkan oleh Principal Jamiah Indonesia, Maulana Ma’sum Ahmad kepada Mubaligh in Charge, Maulana Mirajudin.
“Sejak itu mereka berada di bawah pengawasan dan tanggung jawab kantor mubaligh,” ucap Maulana Basuki.
“Setelah dinilai layak untuk menjadi mubaligh JAI, maka tahap pertama adalah pemberian SK pengangkatan mubaligh,” imbuhnya.
Lebih lanjut, ia menuturkan bila sesuai dengan arahan dan instruksi dari Amirul Mu’minin, Hazrat Mirza Masroor Ahmad aba, Khalifatul Masih V maka para mubaligh yang baru diangkat tersebut akan menjalani pembekalan tambahan selama 3 bulan ke depan sebelum ditugaskan dan diterjunkan ke lapangan.
Maulana Basuki pun menyatakan jika dalam pembekalan akan diberikan berbagai hal yang tidak disampaikan kepada mereka selama belajar di Jamiah. Pengembangan kapasitas yang akan dilakukan dalam pembekalan meliputi mitigasi, mapping, geografi, demografi, kultur, dan bagaimana menguasai ilmu komunikasi publik guna dapat berinteraksi secara sosial baik dengan para anggota Ahmadiyah maupun warga masyarakat yang lain.
“Mitigasi, mapping dengan menggunakan analisa swot,” tutur Maulana Basuki.
“Karena ketika dikirim ke lapangan, mereka akan menjadi narasumber karena dianggap segala tahu,” imbuhnya.
Menurut mubaligh yang sudah menjalani tugas lapangan selama 16 tahun ditambah 6 tahun bertugas di kantor ini, mereka pun harus melahap materi administrasi, tugas, dan tanggung jawab mubaligh di masa pembekalan selama 3 bulan itu. Kemampuan tersebut diharapkan mampu mengatasi kegagapan para mubaligh baru saat terjun di lapangan.
Lebih jauh, Maulana Basuki mengatakan bahwa pada awal November diperkirakan para mubaligh baru itu akan mendapatkan surat tugas penempatan ataupun mutasi ke cabang-cabang JAI sebagai tempat dimana mereka akan bertugas untuk membina para anggota Ahmadiyah.
“Mereka datang ke lapangan tidak gagap, mereka punya visi dan misi yang jelas sehingga kinerja terprogram dengan baik,” kata Maulana Basuki.
Ia berharap agar para mubaligh yang baru diangkat dapat memanfaatkan masa pembekalan dengan sebaik-baiknya. Hal itu harus dilakukan oleh mereka agar tidak banyak bertanya lagi ketika sudah menjalankan tugas di lapangan.
Kemudian Maulana Basuki menjelaskan bila kerjasama antara para stakeholder yang ada di struktur organisasi JAI dalam melaksanakan pembekalan para mubaligh baru tersebut dapat membuahkan hasil maksimal sesuai dengan apa yang telah ditargetkan kepada mereka.
“Kemampuan mereka secara akademis bagus-bagus, namun wawasan lapangan perlu diperkuat,” pungkasnya.