Jakarta – Ribuan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) melakukan unjuk rasa di Jakarta pada Senin (11/4/2022). Mereka menuntut Pemerintah Indonesia untuk tidak memperpanjang masa jabatan Presiden menjadi 3 periode dan tidak menunda pesta rakyat pemilu 2024.
Demonstrasi awalnya dilakukan di Istana Merdeka. Namun, setelah Presiden Jokowi merilis klarifikasi terkait 2 tuntutan mereka, massa akhirnya memindahkan aksi unjuk rasa ke “Rumah Rakyat” Gedung MPR-DPR.
Para mahasiswa turun ke jalan dengan semangat yang menggelora. Mereka berteriak dan bernyanyi dalam melakukan orasi yang disambut dengan pekikan massa yang lain.
Koordinator Ahmadiyya Muslim Student Association (AMSA) Indonesia, Raza Ahmad Ludhiana menyatakan bahwa sebagai mahasiswa, ia sangat menghormati aksi-aksi damai yang dilakukan oleh siapapun, termasuk para mahasiswa. Sikap inilah yang selalu dijunjung tinggi oleh para mahasiswa Ahmadiyah yang tergabung dalam AMSA.
“Sebagai seorang mahasiswa ahmadi kita mempunyai kewajiban untuk menjaga persatuan dan kesatuan NKRI sebagai perwujudan cinta kepada tanah air. Khalifah Muslim Ahmadiyah Internasional juga mengatakan bahwa cinta kepada tanah air merupakan sebagian dari iman,” tutur Raza.
Menurutnya hal yang harus diperjelas adalah ketika sedang memperjuangkan tanah air, maka mutlak dilakukan dengan cara-cara yang tetap mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan.
“Terkadang implementasi terkait ini suka disalah artikan,” ucap Raza.
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa para mahasiswa sebenarnya memiliki tujuan yang sama, yakni untuk mewujudkan Indonesia yang lebih baik. Ia menyatakan bila masih banyak cara lain yang bisa dilakukan dalam menyampaikan aspirasi, seperti kampanye lewat media sosial, audiensi dengan pejabat, dan gerakan-gerakan lain yang tidak berpotensi menimbulkan kericuhan.
Raza melihat apa yang menimpa Ade Armando pada demonstrasi mahasiswa kemarin sebetulnya tidak perlu terjadi. Ia secara tegas menyatakan jika mengutuk keras segala bentuk kekerasan.
“Segala bentuk kekerasan atas nama apapun tidak dibenarkan sama sekali,” ujar Raza.
“Apalagi Islam mengajarkan kita untuk melakukan cinta kasih kepada sesama manusia. Ini juga sesuai dengan motto Ahmadiyah, yaitu Love For All Hatred For None,” lanjutnya.
Raza mengungkapkan jika sikap yang diambil oleh para mahasiswa Muslim Ahmadiyah selaras dengan Khotbah Jum’at Sayyidina Amirul Mu’minin, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad Khalifatul Masih al Khamis ayyadahu llahu Ta’ala binashrihi ‘aziz pada 28 Tabuk 1391 HS/September 2012 di Masjid Baitul Futuh, London.
Sayyidina Amirul Mu’minin menyampaikan bahwa “Kami tidak menyukai demonstrasi dengan kekerasan dan pengrusakan, dan kalian tidak akan pernah melihat seorang Ahmadi yang menjadi bagian dari reaksi keras dan merugikan.”
Bertepatan dengan momentum bulan Ramadhan, Raza pun mengajak para mahasiswa untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala dengan meningkatkan segala bentuk peribadatan melalui sholat, sholawat, dzikir, tadarus Al Qur’an dan yang lainnya. Hal itu sebagai salah satu bentuk perjuangan mahasiswa Muslim Ahmadiyah untuk mewujudkan Indonesia yang lebih baik.