Ba’da Jumat suasana mesjid Mubarak sudah mulai sunyi senyap secara bertahap ditinggalkan para Jamaahnya yang sudah selesai menjalankan ritual Ibadah Jumatnya.
Namun aku dan suami didalam kesunyian suasana masih tetap setia menunggu anak-anakku mahasiswa dan mahasiswi UPI Bandung yang hendak berkunjung ke Mesjid Mubarak.
Kesepakatan janji yang terjalin via WA dengan para mahasiswa akhirnya terealisasi, dengan datangnya mereka ke Mubarak. Pertemuan yang diharapkan akhirnya jadi kenyataan dan suasana sunyi senyap berubah menjadi suasana kehangatan.
Dengan agenda awal ingin berjumpa dengan para Pemuda Ahmadiyah, akhirnya terarahkanlah Para Mahasiswa mahasiswi UPI dengan para Pemuda Asrama Mubarak dengan dikomandoi Kang Ikram dan Kang Adim dipercayakan, dan di Ruang Perpustakaan “Supratman” Mubarak, keduanya dipertemukan. Sebagai “Orangtua” kedua, aku dan suami cukup mendampingi kedua “Kubu” Para Mahasiswa dan Mahasiswi UPI serta Para Pemuda Asrama Mubarak dari Ruang berbeda agar suasana terjalin leluasa tanpa ada “Keponya Orangtua”.
Di ruang berbeda yaitu tempat shalat kaum Bapak, tampak seseorang yang sedang rebahan dengan santainya dalam benakku mungkin Bapak ini sudah menempuh perjalanan jauh, dengan menumpang shalat di Mubarak dan sekedar lepas lelah sejenak dengan supirnya.
Sebagai bentuk Adab Dalam Menerima Tamu, disapalah Bapak ini dengan ucapan salam : “Assalammuaikum wrwb, Pak?” ucapku dengan didampingi suami.
“Wa’alaikumsalam wrwb,” sahut Bapak itu dengan bangkit dari rebahannya.
“Silahakan teruskan istirahatnya, Pak,” sahutku. ” Terima kasih atas sambutannya Ibu dan Bapak,” sahut Bapak itu.
Setelah bangkit dari rebahan, terlihat Bapak ini seolah ingin bertanya sesuatu dengan memandangi suasana mesjid yang sejuk dengan karpet hijau yang tergelar lebar dan tirai penyekat pardah dengan warna senada pula nuansa hijau sudah terpasangkan. Dalam benakku lagi, niat tablighku dalam hati akhirnya menyeruak kuat seolah radar kata-kata sudah mulai tertata dalam otak untuk siap diungkapkan, Bismilah….
Kata pertama yang tersampaikan :
“Perkenalkan, ini Mesjid Mubarak Pak, ” ucapku.
” Wah indah sekali, adem dan megah Bu,” jawab Bapak itu.
” Alhamdulillah Pak, ini adalah Mesjid Kaum Ahmadiyah,” ucapku lagi.
” Oh, Ahmadiyah,?” jawab Bapak itu lagi.
” Apakah Bapak sudah mengenal Ahmadiyah,?” tanyaku. ( Sambil mengeryitkan dahi seolah berusaha mengingat…untuk menjawab pertanyaan yang dilontarkan tadi.)
” Coba… jelaskan Apakah Ahmadiyah itu,?” jawab Bapak itu dengan suara lembut dan tenang.
” Mangga Pak, Euis jelaskan yah Pak?” jawabku. (Dengan semangat ’45, laksana kereta api yang meluncur dari stasiun. kata-kata itu itu tak tertahankan terpaparkan untuk memberikan penjelasan Apakah Ahmadiyah, Siapa Pendirinya dan Alasan berdirinya serta Persamaan Ahmadiyah dengan Ajaran Islam lainnya akhirnya tersampaikan dan beberapa brosurpun berusaha dibuka agar Bapak itu baca langsung agar lebih paham lagi).
Dan respon Bapak itu sangat baik dengan seksama beliau mendengarkan penjelasan-penjelasan tentang Ahmadiyah yang dirujuk kembali dari brosur-brosur yang sudah diletakan di karpet untuk dibaca dan dibahas bersama.
Akhirnya Bapak itupun memberi tanggapan yang sangat baik.
” Terima-kasih Ibu Euis sudah memberikan penjelasan tentang Ahmadiyah dengan jelas dan gamblang, menurut Bapak, selama umat Islam khususnya Ahmadiyah menjalankan dan menyakini AlQuran dan Hadist serta mengimani Rukun Islam yang 5 perkara serta mengimani Rukun Iman yang 6 perkara, berarti sama dengan Islam lainnya tidak ada perbedaaan apapun, ” jawab Bapak tersebut.
” Apakah Ibu Euis seorang Dosenkah?” tanya Bapak itu.
” Bukan Pak, Euis Ibu Rumah Tangga dan kenalkan ini suami namanya Bapak Nurdin kerja sebagai Perawat Layad Rawat 119 Kota Bandung,” jawabku.
” Bapak kira Ibu Euis seorang Dosen, penjelasan tentang Ahmadiyahnya lancar dan Jelas,” jawab Bapak itu.
” Maaf kalau nama Bapak siapa yah? Dan maaf bekerja sebagai apa Pak?,” tanyaku lagi.
” Nama saya Bapak Rusdi, saya Dosen dari Universitas Wiralodra Indramayu, banyak Jurusan di Univetsitas ini ada Pertanian, Mesin, Listrik dan lain-lain,” jawab Bapak itu.
Setelah jeda sejenak dengan perkenalan, akhirnya kegiatan tabligh ini berlanjut. Dengan diawali pertanyaan dari Bapak Dosen ini.
“Coba jelaskan Apa yang menjadi pembeda sekali antara Ahmadiyah dan Islam lainnya sehingga Ahmadiyah dicap Menyimpang” dengan Islam lainnya?,” tanya Bapak Dosen.
“Pembeda yang utama adalah, Kaum Ahmadiyah sudah menerima Kedatangan Imam Mahdi as sedangkan Islam lainnya masih menunggu Kedatangan Imam Mahdi as,” jawabku.
” Siapakah Imam Mahdi itu?,” tanya Bapak Dosen lagi.
” Imam Mahdi adalah Hazrat Mrza Ghulam as yang kedatangannya sudah dijanjikan oleh Allah Taala,” jawabku.
” Apakah statusnya Hazrat Mirza Ghulam as sebagai Nabikah?,”
” Iyah Pak, sebagai Nabi tapi sifat Kenabiannya adalah Buruzi atau zilli sebagai bayangan maksud bayangan disini Ajaran sama dan tidak membawa Ajaran Baru tetapi menghidupkan kembali Ajaran Islam ke bentuk aslinya yang sudah dibawa Rasulullah, Nabi Muhammad SAW. Dan Kedudukan Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi Khataman Nabiyyin yaitu Nabi paling sempurna diantara para Nabi, sedangkan Hazrat Mirza Ghulam Ahmad as, memposisikan diri ibarat ” Debu” dikaki Rasulullah sebegitu menyanjungnya Beliau as terhadap Rasulullah SAW. Dan dari sistem Kekhalifahan pun sama setelah wafat Rasulullah SAW diganti dengan Kekhalifahan Khalafaur Rashyidin :
Hz Abubakar Siddiq (ra)
Hz Umar bin Khattab (ra)
Hz Ustman bin Affan (ra)
Hz Ali bin Abu Thalib (ra)
Dan begitupula di Ahmadiyah setelah kewafatan Hazrat Mirza Ghulam Ahmad as dengan mendakwakan diri sebagai Nabi dan Imam Mahdi yang dijanjikan Allah Taala, digantikan dengan Khalifah ke 1 dan sekarang sudah Khalifah ke 5 yaitu : Hazrat Mirza Masroor Ahmad atba bermukim di UK,” jawabku.
” Terima kasih atas penjelasannya Ibu Euis, akhirnya Bapak jadi mengetahui Ahmadiyah yang sebenarnya dan yang utama bahwa Imam Mahdi sudah datang itu point pentingnya,” jawab Bapak Dosen.
Dan Bapak ucapkan juga terima kasih kepada Bapak Nurdin suami Ibu Euis yang sudah memberikan izin kepada istrinya untuk berkhidmat demi Agama, karena “izin suami” adalah yang utama untuk menggapai KeridhoanNya, Amin Yra,” jawaban Doa dan Nasehat Bapak Dosen.
” Terima-kasih atas Doanya dan nasehatnya Pak, jawabku dan suami ketika bersalaman.
Dan sebagai akhir kegiatan tabligh ini dengan pemberian beberapa brosur serta no kontak Wa agar kegiatan tabligh ini berkelanjutan.
Dan diakhir acara saya dan suami berpamitan dengan mahasiswa UPI yang masih menjalankan diskusi dengan anak-anak Asrama Mubarak.
Penulis : Ny. Euis Mujiarsih