Bandung, (5/8). Bulan Agustus 2019 ini para suster Katolik dari berbagai negara menjadwalkan kunjungan ke Mesjid Ahmadiyah untuk mengetahui tentang agama Islam.
Suster Geraldine, Kepala Kesusteran jl. Ambon memilih Mesjid Ahmadiyah Bandung Tengah untuk dikunjungi oleh Suster sejawatnya. Karena menurut Suster Gera begitulah sapaannya, Muslim Ahmadiyah yang paling toleran terhadap perbedaan dan ada rasa nyaman berada di komunitas ini.
Kedatangan 19 suster yang tepat waktu tepat pada hari Senin 5 Agustus pukul 16.00 ini disambut dengan sukacita oleh Bapak Mubaligh Daerah Jabar 5, Bapak Ketua Cabang Bandung Tengah dan Pengurus LI Bandung Tengah.
Suster-suster dari berbagai negara seperti Jepang, Korea, Uruguay, Polandia, India, Timor Leste dan Indonesia rupanya sebagian besar belum pernah masuk ke dalam Mesjid.
Suster Gera sendiri yang menerangkan kepada suster sejawatnya bahwa Mesjid adalah rumah ibadah orang Islam untuk melakukan sembahyang (sholat) dengan dipimpin di depan oleh Imam seorang laki-laki, kaum laki-laki dan perempuan terpisah.
Shalat dilakukan 5 kali sehari dengan waktu-waktu tertentu dan juga sholat sunah lainnya seperti tahajud. Begitulah diterangkan oleh suster Gera yang memang sangat perhatian dan ingin merasakan cara-cara ibadah seorang Muslim terutama tentang sholat, puasa dan itikaf.
Berbagai pertanyaan muncul dari suster suster berbusana kasual ini yaitu mengapa laki-laki dan perempuan dipisah? Mengapa wanita Islam harus menutup rambut dan memakai busana yang tertutup? Apa itu mukena? Dan mengapa laki-laki harus memakai kopiah? Pertanyaan pertanyaan ini ada yang di jawab langsung dan ada yang dilanjutkan di ruang Tabligh Center lantai 2.
Pertanyaan-pertanyaan dan diskusi dilanjutkan dengan santai sambil menikmati hidangan ringan sore hari, pertanyaan yang muncul tentang jihad yang dijelaskan bahwa jihad yang paling besar adalah menundukkan hawa nafsu diri sendiri bukan jihad perang dengan pedang.
Siapa pemimpin Jemaat Ahmadiyah? Dipimpin oleh seorang Khalifah. Apa perbedaan dengan Khalifah menurut pengertian ISIS, Khalifah Jemaat Ahmadiyah Pemimpin Kerohanian bukan pemimpin duniawi diperlihatkan juga foto foto Hazrat Mirza Ghulam Ahmad as dan Khalifatul Masih.
Diterangkan juga Jemaat Ahmadiyah ada di 213 negara semua anggota wajib untuk tunduk dan patuh kepada undang-undang negara dimana Anggota berada. Jemaat Ahmadiyah tidak menerima donasi dari negara (pemerintah) atau negara lain, sistem keuangannya mandiri dari anggotanya sendiri. Dengan penjelasan ini mereka ceria dan senang mendapat pengertian tentang Islam, konsep kepemimpinan yang sama dipimpin oleh Imam (Khalifah atau Kepausan).
Suster-suster berkaos pink ini menyampaikan bahwa menjadi seorang suster itu susah dan berat. Saat ditanyakan kenapa ingin menjadi suster? Tidak ada satupun yang ingin menjawab, sambil tersenyum seorang suster menjawab jangan disini nanti dibisikkan saja akhirnya mengertilah mungkin ada jawaban yang sangat personal.
Suster Jemina asal Uruguay yang sudah pernah berkunjung ke mesjid Mubarak menyatakan sangat senang dengan motto Ahmadiyah ‘Love for all hatred for none’ karena katanya ada persamaan dengan Katolik yaitu cinta kasih.
Ada juga keberatan dari suster asal Korea yaitu tentang azan subuh yang katanya agak mengganggu. Intinya suster-suster berbagai negara ini dapat menambah pengetahuan tentang Islam dari sumber yang tepat.
Tidak terasa bila pertemuan didasari dengan kasih waktu seperti berjalan terlalu cepat sekali. Suster-suster yang cantik dan baik hati ini membawa bingkisan dan bubur kacang ijo yang sangat enak menyehatkan raga. Sebagai Kenang kenangan dari cabang Bandung tengah memberikan dua buku Haqiqatul Wayi dan Krisis Dunia.
Di akhir pertemuan Bapak Mubaligh Daerah memberi saran kepada suster Gera untuk lebih mendalami Islam Ahmadiyah dan kemudian menyampaikan kepada suster-suster yang lain.
Kontributor : Ny. Mia, Sekretaris Isya’at LI Bandung Tengah