Itulah ucapan Ustadz Jalaludin Rahmat beberapa saat setelah mengakhiri acara kajian dan beranjak meninggalkan ruangan. Acara lanjutan itu juga yang jadi harapan hadirin saat memberi tanggapan. Ini menggambarkan bagaimana suasana kajian yang berbobot, sarat dengan ilmu, menyajikan ayat Al Quran, Hadis Nabi Muhammad saw serta kutipan Kitab kuning dari para Ulama Salaf. Kajian itu dilaksakan di Aula Muthahari, Bandung (13/5/19), dengan topik Konsep Imam Mahdi berdasarkan Mazhab-Mazhab Islam
TiadaMahdi melainkan Isa
Mln. Ridwan Buton, Mubaligh Ahmadiyah, memaparkan presentasi diawali dengan sapaan dalam bahasa Arab yang fasih. Disampaikan, konsep Al Mahdi dalam perspektif Ahmadiyah, bertitik tolak dari kewafatan Nabi Isa al Masih as. Dosen Jamiah Ahmadiyah itu mengajak hadirin untuk memahami masalah ini. Lebih dari separuh waktu, digunakan untuk membahasnya. Dinyatakan, ada 30 ayat Al Quran yang menegaskan Nabi Isa as itu sudah wafat.
Salah satu ayat termaktub dalam surat Ali Imran : 56 , Allah swt berfirman, Inni mutawafika wa rafiuka ilaya. Yaitu, Allah akan mewafatkan Isa dan mewafatkan Isa serta mengangkat (derajat) Isa ke sisi-Nya. Kata mutawafi tercantum 25 kali dalam Al Quran yang seluruh artinya adalah wafat atau mati. Ada 2 kata yang berarti Tidur, tetapi dengan kalimat tambahan atau qoriinah lail (malam).
Setelah Nabi Isa as wafat, baru beliau diangkat (ruhnya) ke sisi Allah swt. Ini urutan yang dinyatakan runtut dalam Al Quran. Bukan diangkat (ruh dan jasad) ke langit baru diwafatkan kemudian. Setelah Nabi Isa as wafat, timbul pertanyaan, bagaimana dengan sabda nabi Muhammad saw tentang kedatangan kembali nabi Isa ?
Kaifa antum Idza nazala Isabna Maryam fii kum wa imamukum minkum. Bagaimana keadaan umat Islam jika datang Isa ibnu Maryam ketika dari antara umat Islam, dan menjadi Imam bagi umat Islam, demikian termaktub dalam hadis Bukhori dan Muslim.
Mubaligh asal Maluku itu menyatakan bahwa nuzul itu harus dimaknai secara majaz (metaphora). Alasan pertama, Nabi Isa as diturunkan khusus untuk Bani Israil (As Shaf:5 dan Ali Imran: 56). Sedangkan Isa ke dua itu berasal dari umat islam (fii kum) dan menjadi Imam bagi umat Islam (minkum). Kedua, Nabi Isa as sudah wafat, maka yang akan datang itu adalah mitsal dari Nabi Isa as seperti yang disitir dalam Az Zukhruf 57., yaitu : Walammaa dhuriba Ibnu Maryama matsalan idzaa qoumuka minhum yashidduun. Artinya : Tatkala Ibnu Maryama dijadikan matsalan tiba tiba kaum engkau (Islam) mengajukan protes terhadapnya.
Ketiga, dinyatakan oleh Nabi saw dalam Ibnu Majah, bahwa Tiada Mahdi melainkan Isa. Jadi sosok Imam Mahdi dan Al Masih yang dijanjikan itu satu wujud adanya. Pemaparannya diakhiri dengan siapa wujud Almasih dan Almahdi yang dijanjikan ? Ditegaskan sosok itu adalah Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as, Pendiri Jemaat Ahmadiyah. Da’wa beliau itu berdasarkan pada wahyu yang diterimanya dari Allah swt. Hal ini banyak ditulis dalam kitab-kitabnya, antara lain Al Istifta.
Da’wa beliau sebagai Al Mahdi dinyatakan pada tahun 1891 Masehi. Para ulama Islam di Hindustan gaduh dan meminta bukti atau tanda Samawi. Bukti itu Allah swt tunjukkan dengan terjadinya Gerhana bulan dan matahari pada bulan Ramadhan 1894. Tanda ini sebagai penyempurnaan Nubuwat Nabi saw yang tertuang dalam Hadis Dariqutni yang berbunyi “Sesungguhnya untuk Mahdi kami ada 2 tanda yang belum pernah terjadi semenjak penciptaan langit dan bumi, gerhana bulan akan terjadi pada malam awal terjadinya gerhana di bulan ramadhan dan gerhana matahari akan terjadi pada pertengahan nya”.
Perspektif Syiah
Ustad Miftah Rakhmat, pembicara sebelumnya menyatakan; para ulama sedunia sepakat bahwa Hadis tentang kedatangan Imam Mahdi itu Mutawatir. Dalam perspektif Syiah, Al Mahdi tergambar dalam kaligrafi di Masjid Nabawi, yaitu terdapat tulisan nama-nama para sahabat, namun yang menarik adalah di antara nama para sahabat tersebut ada nama 12 Imam Syiah yang sejatinya bukan termasuk para sahabat, namun thabi’in. Ditambahkannya, Imam Mahdi adalah Sosok Imam Syiah yang ke-12. Beliau sudah ada (hidup), tetapi masih ghaib. Beliau akan datang ke dunia pada akhir zaman bersamaan dengan kedatangan Nabi Isa yang dijanjikan.
Jadi pada akhir zaman nanti akan ada dua sosok yang datang yaitu Imam Mahdi (yang ghaib) dan Nabi Isa as yang diangkat Allah swt (secara ruh dan jasad) dan sekarang masih hidup di langit. Mahdi yang akan datang itu juga akan berasal dari ahlul bait (yaitu keturunan Hadhrat Fatimah ra). Menanggapi pertanyaan hadirin tentang Apa wasiat Nabi Muhammad saw kepada Hadhrat Ali ra, lelaki yang juga putra Ustad Jalaludin itu menjelaskan bahwa Rasulullah mewasiatkan pada umat Islam, yaitu Al Quran dan ahlul bait (keluarga Nabi). Hadrat Ali ra adalah keluarga Nabi dan juga Imam, penerus Nabi Muhammad saw. Sedang Abu Bakar, Umar dan Usman rhadiallahu anhum, adalah para sahabat yang mencintai dan patuh pada perintah Nabi Muhammad saw. Kedudukan mereka adalah Khalifah.
Imam Mahdi itu Sosok atau Ruh ?
Pembicara ke tiga, Kiagus Zaenal Mubarok. Sebagai pemrasaran terakhir, Pak Deden (demikian nama panggilannya) mencoba menyimpulkan dengan beberapa catatan. Yaitu bahwa Imam Mahdi mengacu kepada Al-Qur’an dan Hadits itu bersifat dogmatis. Ketika menafsirkan suatu ayat Al-Qur’an dan Hadits tentunya akan ada perbedaan antar mahzab satu dengan yang lain. Konsep kemahdian harus dipandang lebih jauh lagi, tak hanya berupa sosok/individu, tetapi bisa saja sebagai spirit/roh.
Dijelaskan, urusan kedatangan Imam Mahdi dan Nabi Isa as analog dengan urusan penciptaan Ruh. Hanya Allah yang Mengetahui hakikat dan rahasianya. Soal Imam Mahdi, mungkin tidak harus berupa (nyurup = Sunda) sosok insan tetapi bisa berupa ruh atau spirit yang ada pada setiap manusia itu sendiri.
Azan magrib berkumandang, acara ditutup dengan penuh ceria dan persahabatan. Pada kesempatan itu, Pak Ekky (Sekretaris Isyaat PB) menyerahkan buku Krisis Dunia dan Jalan Menuju Perdamaian kepada Ustad Jalaludin. Serta Kebenaran Al Masih Akhir Zaman kepada Narasumber serta kang Wawan selaku modetator. (MM)