Cirebon,16/02/2019. Jemaat Ahmadiyah Indonesia Cabang Cirebon yang terletak dijalan Dr.Cipto Mangun kusumo No.27 kota Cirebon kemarin malam tepatnya pukul 20.00 wib menerima kunjungan dari mahasiswi IAIN Purwokerto jurusan study agama-agama yang sedang PPL (Praktek Profesi Lapangan) di Fahmani Institute Cirebon.
Kedatangan 17 mahasiswa IAIN Purwokerto dan didampingi oleh beberapa pendamping dari pihak Fahmina Institute ini disambut oleh beberapa pengurus dan Mubaligh Cirebon di halaman Masjid Mubarak, kemudian para mahasiswa dan yang lainnya dipersilahkan menuju rungan lantai dua untuk segera diadakan acara pemaparan dan diskusi tentang Ahmadiyah.
Acara diawali dengan doa pembuka dilanjut dengan beberapa sambutan, Sambutan pertama dari ketua cabang Cirebon Bpk. Yosep mengatakan banyak terima kasih kepada para mahaisswa yg hadir untuk mengenal Ahmadiyah cirebon lebih dekat, dengan seperti ini bisa mendapatkan informasi tentang Ahmadiyah dari sumbernya.
Kemudian sambutan dari salah seorang pendamping dr Fahmina oleh Ibnu Rudi, beliau mengucapkan terima kasih yg sebesar-besarnya kepada Ketua dan Mubaligh Kota dan Kabupaten Cirebon. Inti dari kunjungan ini ingin mendiskusikan dgn Jemaat Ahmadiyah mengenai membina pluralisme atau keberagaman, Ahmadiyah satu satunya jemaat di wilayah III Cirebon yang tidak pernah didemo walaupun tempatnya dekat jalan besar.
Mahaisiwa IAIN Purwokerta Jurusan studi agama-agama berkunjung ke Ahmadiyah Cirebon ingin mendiskusikan mengenai Ahmadiyah. Teman-teman mahasiswa ini kritis-kritis semua, juga turut hadir dari teman-taman Pelita perdamaian Cirebon dan Pengurus Lakpesdam NU.
Acara acara berikutnya dilanjutkan dengan Pemaparan materi oleh Mubaligh Cepi sofyan Nurzaman. “Sebagaimana tadi disampaikan tujuan kunjungan dari IAIN untuk diakusi mengenai Ahmadiyah.
Selanjutkan mubaligh Cepi menjelaskan tentang Ahmadiyah secara terbuka dari mulai didirikan pda tahun 1889 oleh Hazrat Mirza Ghulam Ahmad Imam Mahdi al Masih Mauud.
Ahmadiyah sudah berdiri di 212 negara dan sampai saat ini anggota Jamah Muslim Ahmadiyah sudah 200 juta lebih. Misi kita “Love for All, Hatred for None (cinta untuk semua tiada kebencian bagi siapa pun).
Kepemimpinan Jamaah Muslim Ahmadiyah sama seperti awal Rasulullah dan khalifatur rosyidin, setelah setelah Hz.Mirza Ghulam Ahmad Imam Mahdi al Masih al Mauud (as) wafat dilanjutkan dengan khalifahnya yang disebuat Khalifatul Masih.
Ahmadiyah sudah menterjemaahkan alquran ke berbagai bahasa di dunia juga memiliki televisi muslim Ahmadiyah yang isinya hanya dakwa Islam 24 jam nonstop tanpa iklan. Kemudian Ahmadiyah di Indonesia telah hadir sejak tahun 1925, dan disahkan sebagai badan hukum melalui keputusan Menteri Kehakiman dengan No. JA. 5/23/13 tanggal 13 Maret 1953.
Jamaah Muslim Ahmadiyah benar-benar tidak berpolitik tapi semua anggota Ahmadiyah dimana pun berada harus taat kepada hukum negara yang sah dan Ahmadiyah pun sangat menghormati lembaga institusi pemerintahan.
Peran Ahmadiyah dalam berjuang untuk negara. Banyak juga para pahlawan dari Ahmadiyah salah satunya pencipta lagu indonesia raya WR.Supratman dan Arief Rahman Hakim.
Ahmadiyah dalam kegiatan sosial banyak melakukan kegiatannya seperti donor darah, donor mata, baksos pengobatan, tanggap bencana HF dll.
Terkait Aqidah Ahmadiyah diantaranya menyakini dan beriman kepada : Rukun Islam yang 5 dan Rukun Iman yang 6. Pemahaman dan pengalaman Ahmadiyah bersumber kepada alquran, sunnah, hadits.
Mengenai kedatangan Imam Mahdi sudah dinyakini oleh Ahmadiyah bahwa Imam Mahdi sudah datang dalam wujud sosok Hz.Mirza Ghulam Ahmad Imam Mahdi Almasih Mauud as.
Kemudian masalah Keberagaman dikatakan bahwa semua anggota Ahmadiyah bergaul dengan komunitas agama apa saja dan berdiskusi degan siapa saja dan belajar juga dari kitab kitab agama-agama lain. Itulah pemaparan singkat yang singkat mengenai Ahmadiyah.
Ada tambahan Sambutan dari Lakpesdam NU Cirebon bidang kearifan lokal dn budaya oleh Devida, beliau mengatakan teman-teman Mahaiswa tidak sah kalau belum berkunjung ke Ahmadiyah, adapun masalah suatu teologi memang sangat sensetif kalau tidak dikaitkan dengan diskursus keilmuan teolagi.
Begitu juga masalah teologi Ahmadiyah bisa jadi ilmu dan harus dikaji dengan keilmuan filsafat ilmu dan ini pun belum semuanya bisa dipahami oleh yang lain. Proses uluhiyah/wahyu juga terus berjalan Kajian Ahmadiyah bisa difahami dengan ilmu filsafat.
Setelah pemaparan acara dilanjutkan dengan sesi tanya jawab sekitar 15 menit, pertanyaan yang terlontar dari para mahasiswa IAIN purwokerto diantaranya masalah bahwa pengikut Ahmadiyah terpecah menjadi 2 golongan, Bagaimana mengenai metode penafsiran dan seperti apa isi kitab Tazkirah. Semua pertanyaan-pertannya itu telah dijawab dengan tuntas dan lugas sehingga para mahasiswa mendapatkan informasi yang baru yang sebenarnya tentang Ahmadiyah.
Terakhir acara tutup dengan doa kemudian sambil coffee break para mahasiswa mendatangi stand Pameran Buku-buku Ahmadiyah di teras Masjid melihat beberapa buku yang di pamerkan.
Lalu penyampaian kesan dan pesan dari perwakilan mahaisiwa IAIN Purwokerto.
Reportase : Mln. Nanang Salman