Jamaah Muslim Ahmadiyah sangat kehilangan tokoh nasional sekaligus cendekiawan muslim yang selalu membela hak kaum minoritas.
Dawam mengembuskan napas terakhir di Rumah Sakit Islam Jakarta, Cempaka Putih, Jakarta Pusat pada Rabu malam sekitar pukul 21.55 WIB karena sakit.
Salah seorang sahabat Dawam dari Ahmadiyah, JH Lamardi, S.H menjelaskan persahabatan mereka sudah terjalin sejak masa kuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta periode 1962-1969 dan sama-sama aktif di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Yogya.
Sejak masa hidupnya, Dawam muda berbeda dengan mahasiswa lain yang hanya sibuk kuliah.
Dawam sangat antusias membaca buku-buku revolusioner Indonesia seperti Cokroaminoto, Soekarno dan Tan Malaka.
Begitu juga, Dawam sangat mendalami buku-buku agama Islam, dimana salah satunya adalah tafsir Al-Quran karya Jamaah Muslim Ahmadiyah dan buku-buku Ahmadiyah.
Maka sangat tidak heran, Dawam sering menghadiri pengajian-pengajian yang dilaksanakan oleh Jamaah Muslim Ahmadiyah.
JH Lamardi menuturkan, pengalaman menarik antara Dawam dan Ahmadiyah.
Saat Dawam bertemu dengan Ketua Ahmadiyah Tawangmanggu, Solo yang sederhana namun mampu menjelaskan perbedaan antara ajaran Islam Ahmadiyah dengan Islam yang lainnya, dan antara Islam Ahmadiyah dengan ajaran Kristen.
Hubungan antara Dawam dan Ahmadiyah terus berlanjut meskipun Dawam tidak pernah masuk menjadi anggota Ahmadiyah.
Saat duduk sebagai ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) 1995-2000, Dawaw dan LSAF nya berperan penting dalam menghadirkan Khalifah Muslim Ahmadiyah IV Hadhrat Mirza Tahir Ahmad datang ke Indonesia pada tahun 2000 dan diterima oleh Presiden Gus Dur waktu itu.
Dawam juga bersama Djohan Efendi dan Gus Dur adalah tokoh yang bereaksi keras membela hak-hak warga negara dan kemanusiaan Ahmadiyah, saat diserang besar-besaran pada Juli 2005 di Markaz Ahmadiyah Parung, Bogor.
Sejak saat itu mereka bertiga bersama Adnan Buyung Nasution, tokoh nasionalis dan tokoh Islam moderat lainnya adalah figure yang berani pasang badan membela hak-hak warga Muslim Ahmadiyah dan juga komunitas rentan lainnya dari serangan kelompok radikal.
Maka hal yang wajar, Jamaah Muslim Ahmadiyah menyimpan sosok beliau secara istimewa sebagai tokoh muslim sejati yang berdiri tegak dengan kebenaran diatas semua golongan, yang berani mengorbankan jiwa, waktu dan posisinya dari ancaman dan fitnah kelompok radikal.