Bandung- Sebagai upaya meningkatkan kritisisme dan sensitivitas di kalangan jurnalis dalam menghadapi berita bohong atau hoax berbasis sara. Serikat Jurnalis Untuk Keberagaman (SEJUK) bersama Aliansi Jurnalis Independen (AJI) menggelar workshop yang bertajuk “Liputan Keberagaman di Tahun Politik”, bertempat di Hotel Aston Braga, Bandung, Rabu (15/11).
Selain menghadirkan para jurnalis di wilayah Jawa Barat, acara ini juga menghadirkan kelompok yang kerap mengalami tindakan intoleransi seperti Ahmadiyah dan Kristen.
Dalam testimoninya, Media Center JAI yang diwakili oleh Usama Ahmad Rizal menyampaikan bahwa masyarakat banyak mendapatkan informasi yang salah tentang Ahmadiyah, sehingga info yang berkembang di masyarakat Ahmadiyah sesat dan menyesatkan.
“Kultur masyarakat di kita itu fanatisme Agamanya tinggi, jadi ketika ulama atau mendapatkan dari internet, bahwa Ahmadiyah sesat. Tanpa tabayyun, mereka langsung saja mempercayainya”, ucap Rizal dihadapan para jurnalis.
Rizal menambahkan, media lebih tertarik meliput tentang Ahmadiyah, ketika mereka mengalami tindakan intoleransi dan diskriminasi, sehingga masyarakat jarang sekali melihat peran Ahmadiyah terhadap kemanusiaan dan Negara.
“Setiap Muslim Ahmadi memiliki sebuah janji, yaitu siap mengkhidmati Agama Nusa dan Bangsa. Jadi, mengkhidmati kemanusiaan seperti mengadakan kegiatan donor darah secara rutin, adalah bagian dari penepatan janji kami”, ujarnya.
Rizal berharap, jurnalis dapat mempromosikan keberagaman dan perdamaian berdasarkan perspektif konstitusi dan hak asasi manusia, menjadi bagian dari kerja-kerja jurnalistik mereka.
“Maraknya fake news, hoax atau scam bertebaran untuk memprovokasi sentimen suku, agama, ras, atau etnis dan antargolongan (SARA) di media sosial. Semoga para jurnalis dapat memulihkan kepercayaan publik, dengan membangun jurnalisme yang damai dan mempromosikan perdamaian”, harapnya
Sementara itu Pimpinan Redaksi rajapena.com yang tergabung di media center JAI, Taufik Khalid menceritakan bahwa Ahmadiyah datang ke Indonesia tahun 1925 dibawa oleh para pemuda asal Sumatera yang belajar tentang Agama Islam di India.
“Ada 3 pemuda asal Sumatera yaitu, Abubakar Ayyub, Ahmad Nurudin dan Zaini Dahlan”, jelasnya.
Taufik menambahkan, bahwa pada masa perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia, pimpinan Ahmadiyah maupun anggota biasa turut serta dalam perjuangan itu bersama masyarakat yang lain.
“Nama-nama seperti Wage Rudolf Supratman, Sayyid Shah Muhammad, Raden Muhammad Muhyidin, Entoy Mohammad Tayib adalah sebagian anggota Ahmadiyah yang tercatat dalam perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia”, imbuhnya.
Selain itu, angota Ahmadiyah juga turut mengharumkam kancah olahraga badminto, dengan menjuarai Piala Thomas.
“Olich Solihin dan Tutang Djamaludin adalah anggota Ahmadiyah yang tercatat sebagai Pahlawan Piala Thomas Indonesia Pertama tahun 1958 dan 1964”, tandasnya.