Pada tahun 1974, Abdus Salam meninggalkan negaranya, sebagai aksi protes setelah pemerintah Pakistan meloloskan sebuah undang-undang parlemen kontroversial yang menyatakan bahwa Jemaat Ahmadiyah, di mana Salam menjadi salah seorang anggotanya, sebagai gerakan keagamaan di luar Islam.
LAHORE – Dr. Abdus Salam, muslim peraih Nobel pertama dan satu-satunya dalam bidang Fisika, dikenang dalam peringatan wafatnya yang ke 20 tahun hari ini.
Dr. Salam dianugerahi penghargaan Nobel atas penemuannya mengenai keberadaan ‘Partikel Tuhan’.
baca juga: [feed url=”http://warta-ahmadiyah.org/tag/pakistan/feed/” number=”3″]
Terlahir dengan nama Mohammad Abdus Salam pada 29 Januari 1926, sang fisikawan legendaris tersebut wafat pada tanggal 21 November 1996.
Sebagai seorang tokoh besar dalam Ilmu Fisika Teoritis di Abad ke 20, beliau berbagi penghargaan Nobel yang diberikan pada 1979 dalam bidang Fisika tersebut dengan Sheldon Glashow dan Steven Weinberg atas kontribusinya dalam menemukan The Electroweak Unification Theory (Teori Penggabungan Elektromagnetik dan gaya Nuklir lemah).
Beliau adalah warga Pakistan pertama yang menerima penghargaan Nobel dalam ilmu sains dan warga negara Islam yang kedua yang menerima penghargaan Nobel (setelah Anwar Sadat dari Mesir).
Salam adalah penasehat di bidang ilmu pengetahuan tingkat tinggi dalam pemerintahan Pakistan sejak tahun 1960 hingga 1974. Sebuah posisi di mana beliau memainkan peranan yang sangat besar dan berpengaruh dalam perkembangan infrastruktur ilmu pengetahuan di negara tersebut.
Salam tidak hanya memiliki andil dalam berkontribusi terhadap perkembangan pesat pada Ilmu Fisika Partikel secara teoritis, tetapi juga ikut serta dalam mempromosikan pengembangan serta pendalaman lebih lanjut dalam penelitian-penelitian ilmiah tingkat tinggi di negaranya.
Beliau adalah direktur pendiri Komisi Penelitian Atmosfir dan Luar Angkasa atau Space and Upper Atmosphere Research Commission (SUPARCO). Beliau juga bertanggungjawab pada pembentukan kelompok peneliti ilmu fisika teoritis atau Theoretical Physics Group (TPG) pada Komisi Energi Atom Pakistan yakni Pakistan Atomic Energy Commission (PAEC) .
Selaku pemegang posisi Science Advisor atau penasehat di bidang ilmu pengetahuan, Salam memainkan sebuah peranan yang terintegrasi dalam pengembangan pemanfaatan energi nuklir untuk perdamaian, dan mungkin ikut berkontribusi dalam pengembangan proyek bom atom di Pakistan pada tahun 1972. Dalam hal ini, beliau dipandang sebagai “Bapak Ilmu Pengetahuan” dalam program tersebut.
Pada tahun 1974, Abdus Salam meninggalkan negaranya, sebagai aksi protes setelah pemerintah Pakistan meloloskan sebuah undang-undang parlemen kontroversial yang menyatakan bahwa Jemaat Ahmadiyah, di mana Salam menjadi salah seorang anggotanya, sebagai gerakan keagamaan di luar Islam. Pada tahun 1998, setelah uji nuklir di negara tersebut, pemerintah Pakistan mengeluarkan sebuah perangko edisi kenang-kenangan, atas peranan beliau sebagai bagian dari “Para Ilmuwan Pakistan”, dalam rangka menghormati jasa-jasa Salam.
Prestasi-prestasi Salam yang besar dan terkemuka meliputi teori-teori mengenai Pati-Salam model, magnetic photon, vector meson, Grand Unified Theory, work on supersymmetry, dan yang paling penting dari semuanya adalah jurnal penelitian tentang electroweak theory, yang membuatnya dianugerahi penghargaan paling bergengsi dalam bidang Fisika – yakni Penghargaan Nobel.
Sebagai seorang guru dan promotor dalam bidang keilmuan, Salam dikenang sebagai seorang Pendiri dan Bapak Ilmu Pengetahuan untuk Fisika Matematis dan Teoritis di Pakistan selama beliau menjabat sebagai Kepala Penasehat Ilmiah bagi Presiden.
Beliau memiliki kontribusi yang sangat besar dalam pengakuan peran Pakistan terhadap pengembangan ilmu fisika oleh komunitas-komunitas fisikawan di seluruh dunia. Bahkan hingga menjelang kewafatan beliau, Salam terus berkontribusi bagi perkembangan ilmu fisika, dan dalam mengadvokasi pengembangan ilmu sains di negara-negara dunia ketiga.
Sumber: Daily Pakistan
Alih bahasa: Lisa Aviatun Nahar
Editor: Irfan S. Ardiatama