“Negara ini tengah berada dalam pusaran radikalisme dan intoleransi. Hanya karena berbeda suku dan agama, orang bisa seenaknya menista dan menghujat. Ini tidak baik bagi keberlangsungan toleransi di Indonesia”
JOMBANG – Momentum hari pahlawan dijadikan sejumlah tokoh lintas agama se-Jombang untuk berziarah ke makam tokoh nasional, KH. Abdurrahman Wahid di komplek Pondok Pesantren Tebuireng Kamis (10/11) siang.
baca juga: [feed url=”http://warta-ahmadiyah.org/tag/gusdurian/feed/” number=”3″]
Ziarah ini digagas Aan Ansori, koordinator Jaringan Islam Anti Diskriminasi (JIAD) Jawa Timur dan pembina GUSDURian Jombang. Kegiatan tersebut secara khusus bertujuan untuk mengenang warisan kepahlawanan Gus Dur bagi bangsa Indonesia. Sekaligus untuk menyampaikan pesan damai kepada anak bangsa di tengah situasi keberagaman di Indonesia yang akhir-akhir ini mengalami ujian berat.
Di tengah guyuran hujan, sejumlah perwakilan dari Hindu, Budha, Kristen, Konghucu, Islam, kepercayaan Kejawen dan etnis Tionghoa memanjatkan doa bagi presiden Republik Indonesia keempat tersebut.
Di mata pendeta Saleh, KH Abdurrahman Wahid atau yang dikenal dengan Gus Dur merupakan sosok yang melampaui level pahlawan. Menurutnya banyak upaya Gus Dur untuk mempersatukan rakyat Indonesia yang beragam agama dan kepercayaan.
“Berkat upaya-upaya beliau, kami bisa berdampingan satu sama lain, bisa hidup rukun, bisa merasakan indahnya kebersamaan di negeri ini. Gus Dur itu lebih dari pahlawan bagi bangsa Indonesia” tutur perwakilan Gereja Kristen Jawa Wetan (GKJW) Jombang tersebut.
Senada dengan Saleh, Yenny yang merupakan perwakilan Konghucu Jombang meminta setiap orang meneladani Gus Dur. Menurutnya, sosok Gus Dur akan dikenang dalam perjalanan etnis Konghucu di Indonesia.
Sementara itu menurut Ketua Perhimpunan Tionghoa Indonesia (INTI) Jombang, Yusianto, Indonesia sekarang ini butuh sosok seperti Gus Dur di tengah hangatnya isu penistaan agama dan radikalisme.
“Negara ini tengah berada dalam pusaran radikalisme dan intoleransi. Hanya karena berbeda suku dan agama, orang bisa seenaknya menista dan menghujat. Ini tidak baik bagi keberlangsungan toleransi di Indonesia” tuturnya.
Ziarah ke makam Gus Dur ini juga diikuti oleh perwakilan Jamaah Ahmadiyah yang datang dari berbagai kota di Jawa Timur seperti Surabaya, Sidoarjo, Nganjuk, Jombang, dan Kediri.
Salah seorang mubaligh Ahmadiyah, Mln. Aminullah Yusuf menggambarkan sosok Gus Dur sebagai pahlawan dalam menjaga kebhinekaan bangsa Indonesia.
“Beliau (Gus Dur-red) adalah pahlawan tanah air ini. Saat negara ini dipimpin beliau, kerukunan sungguh terasa, keharmonisan, dan kehidupan yang saling menghormati” tambah Mln. Aminullah Yusuf.
Kontributor : Mln. Sajid Ahmad Sutikno
Editor : Talhah Lukman Ahmad