Parung, (12/10). Sore itu cukup cerah, gedung Baitul Afiyat Kemang Markaz kembali menerima kedatangan para tamu. Kali ini yang berkunjung adalah kelompok muda peserta Pelatihan Penggerak Perdamaian wilayah Bogor. Mereka adalah peserta live in yang diselenggarakan oleh Yayasan Satu Keadilan dan PARITAS Institute.
Sekitar 35 orang peserta yang berusia antara 18 hingga 25 tahun ini, dengan penuh antusias memasuki gedung Baitul Afiyat yang telah disulap menjadi ruang duduk dengan konsep ala kelas dan menikmati suguhan mie ayam baso dan minuman selasih yang telah disediakan oleh PPLI.
Saat jam menunjukkan pukul 4 sore, perkenalanpun kemudian dimulai. Kehadiran Mubaligh Wilayah Markaz Mln. Saeful Uyun, Mln. Rahmat Hidayat, Mln. Zafrullah Pontoh serta bapak Yendra Budiana selaku perwakilan dari PB yang turut mendampingi dan menerima para peserta yang menginap di Joglo Keadilan Kecamatan Kemang sejak tanggal 11 hingga 13 Oktober ini pastinya akan menambah pengetahuan dan kesadaran mereka akan pentingnya toleransi dan mengikis prasangka negatif terhadap komunitas agama dan kepercayaan yang berbeda.
Hal ini selaras dengan yang disampaikan salah satu panitia dari YSK, saudari Intan bahwa salah satu agenda dari pelatihan ini adalah mengunjungi rumah ibadah Ahmadiyah supaya teman teman peserta dapat berinteraksi dan mengenal lebih dekat dengan Ahmadiyah.
Diawali dengan “Apakah Kampus Mubarak itu?”, Mubda Markaz dengan gayanya yang khas kemudian menerangkan secara ringkas dan mudah dipahami mengenai apakah Ahmadiyah hingga kedatangan Imam Mahdi as. Tidak lupa juga beliau menyertakan cuplikan video penyerangan terhadap Kampus Mubarak tahun 2005 silam, yang membuat para peserta duduk terdiam begitu pula kita yang mengikuti acara tersebut, seperti diajak kembali berkelana ke belasan tahun silam yang penuh dengan kesedihan.
Saat pembawa acara mempersilahkan untuk bertanya, peserta seolah-olah berlomba untuk mengacungkan telunjuk ingin memuaskan rasa penasaran mengenai apa itu Ahmadiyah yang selama ini hanya mereka dengar dari orang orang yang anti terhadap Ahmadiyah.
Pertanyaan yang diajukan sangat beragam, dari mulai apa perbedaan Ahmadiyah dengan bukan Ahmadiyah padahal rukun Islam dan rukun Imannya sama, mengenai tadzkirah, mengapa Ahmadiyah mempercayai Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi, hingga bagaimana pendapat Ahmadiyah mengenai sidang isbat. Dengan meyakinkan pula jawaban dari ketiga mubaligh tersebut mampu meredam rasa itu. Bahkan ada peserta dari Papua yang berkali kali bertanya seperti orang yang sedang meneguk air dari mata air, merasa kurang dan kurang, semoga karunia kecintaan terhadap Ahmadiyah dapat mereka rasakan.
Mungkin jika pembawa acara tidak mengingatkan peserta untuk berhenti dalam acara tanya jawab seputar Ahmadiyah, mereka pasti akan menghabiskan banyak waktu untuk terus menggali sumber air rohani tersebut.
Akhirnya dengan berat hati acara ramah tamah dan tanya jawab itu diakhiri dengan foto bersama dibawah spanduk sederhana bertuliskan ‘Love for All hatred for None’ yang otomatis selalu menjadi daya tarik tersendiri bagi siapapun ghair yang berkunjung ke gedung Lajnah baitul Afiyat, sehingga PPLI tidak perlu bersusah payah membuat tempat foto booth.
Satu sesi dan tempat lain yang tidak kalah menariknya bagi peserta yang didampingi juga oleh pendeta Pendrad dari PARITAS Institute adalah Perpustakaan Nusrat Jahan yang baru dibuka beberapa minggu yang lalu. Semua peserta sangat antusias melihat buku-buku yang tersedia di perpustakaan yang menyediakan tayangan MTA 24 jam.
Buku berjudul Surga di Bawah Telapak kaki mu dan Jemaat Ahmadiyah Indonesia merupakan salah satu buku yang diminati oleh sebagian besar peserta. Ini terbukti dari banyaknya permintaan buku tersebut kepada petugas perpustakaan. Bahkan pendeta Pendrad pun ikut meminta buku Jemaat Ahmadiyah Indonesia tulisan ISAIS tersebut.
Lebih kurang dua jam mereka berada di gedung Lajnah ini. Semoga kunjungan yang singkat ini dapat membukakan mata dan hati mereka seperti apa Islam yang sebenarnya itu, Islam yang penuh dengan kedamaian dan toleransi yang kini tengah diamalkan oleh segenap anggota Ahmadi dimanapun berada dengan mottonya ‘Love for all hatred for none’, Aamiin.
Luar biasa, mubarak