Nganjuk. Ada hal yang menarik pada saat pendeklarasian kelurahan Tanjunganom sebagai kampung santri yakni dihadiri oleh anggota dan pengurus paguyuban pimpinan lintas agama dan kepercayaan kecamatan Tanjunganom, yang diketuai seorang purnawirawan TNI, I Gusti Putu Dirgayasa dari Hindu, dan dibawah asuhan KH. Hasyim Jalaludin, ketua Paguyuban induk kabupaten Nganjuk.
Mereka terdiri dari perwakilan Hindu, Budha, Kristen, aliran kepercayaan, Jemaah Muslim Ahmadiyah, dan lainnya. Mereka terlihat duduk di barisan depan bersama para tamu lainnya menyaksikan prosesi pengukuhan kampung santri. Selasa, (22/10/2019).
Di Kecamatan Tanjunganom, meskipun ada sebuah desa yang menyandang sebagai kampung santri, tetapi ia pun mampu hidup damai dengan kelompok yang berbeda paham, agama dan keyakinan.
Deklarasi yang bertepatan dengan perayaan Hari Santri Nasional itu ditandai dengan ditabuhnya kentongan dan bedug oleh Sekda Pemkab Nganjuk, Agus Subagjo mewakili Bupati Nganjuk Novi Rahman Hidayat yang berhalangan hadir.
Kegiatan penuh persaudaraan malam itu dilaksanakan dihalaman alun-alun eks Kantor Kawedanan wilayah kelurahan/kecamatan Tanjunganom, dimana keberadaannya dikelilingi oleh pondok pesantren, dengan jumlah santri yang hampir seimbang dengan jumlah penduduk sekitar enam ribu jiwa, menjadikan wilayah ini layak disebut sebagai Kampung Santri.
Sebelum acara inti, terlebih dulu digelar penampilan lima grup ‘hadhroh’ kelurahan Tanjunganom, tilawatil quran, menyanyikan Indonesia raya dan lagu Yalal wathon; kemudian sambutan-sambutan.
Dalam sambutannya, Rianto, SH, Lurah Tanjunganom mengatakan, “Dideklarasikannya Kelurahan Tanjunganom sebagai Kampung Santri bukan semata-mata karena keinginan diri saya saja, tapi karena harapan warga yang menginginkan wilayah ini menjadi lebih relegius”, ujarnya.
Dikatakan, program yang sudah berjalan di kampung ini adalah pemberantasan buta aksara Arab dengan sistem pembelajaran Taman Pendidikan Alquran (TPQ) lansia dan Maghrib mengaji.
“Hal ini diharapkan warga menjadi fasih membaca alquran dan mampu melahirkan santriwan dan santriwati baru dari kegiatan yang berkelanjutan di Kampung Santri Kelurahan Tanjunganom,” imbuh Rianto.
Intinya, Kepala Kelurahan Tanjunganom ini, tidak hanya gencar melaksanakan pembangunan infrastruktur maupun peningkatan ekonomi kerakyatan, tapi juga membangun iklim religius bagi masyarakat, salah satu program inovatif tersebut adalah pendirian Kampung Santri.
Rianto dalam kesempatan itu menyapa semua tamu yang hadir, termasuk para pimpinan lintas agama dan kepercayaan.
“Diundangnya para pimpinan lintas agama dan kepercayaan di acara ini adalah sebagai bentuk penghormatan kami. Meskipun kelurahan Tanjunganom sebagai kampung santri, kita jangan lupa di tengah-tengah kita pun ada saudara-saudara lintas agama dan kepercayaan, ada Kristen, Hindu, Budha, kepercayaan, dan sebagainya. Kita harus tetap menghormati mereka, mengedepankan toleransi dan bisa hidup bersama. Mereka adalah saudara-saudara kita sebangsa Indonesia”, katanya.
Sementara itu, Bupati Nganjuk Novi Rahman Hidayat melalui Sekretaris daerah, Agus Subagyo dalam kata sambutannya menyampaikan, spirit dari pendirian Tanjunganom sebagai kampung santri ini tidak lepas dari inovasi Rianto Lurah Tanjunganom. Dengan visi misinya membangun masyarakat yang sejahtera, religious, dan berbasis kearifan lokas, bersatu membangun karakter Qurani.
“Kami berharap pembinaan warga kampung santri ini tidak hanya saat peresmian saja, tetapi juga berkesinambungan dari semua pihak, baik tokoh agama, kepala kelurahan dan jajarannya”, jelasnya.
Setelah deklarasi kampung santri selesai, hadirin menyuarakan sholawat bersama dengan ratusan santriwan santriwati yang dipimpin KH Syamsudin Al-Aly, pengasuh Ponpes Al-Fatah Pule bersama pengasuh pondok salafiyah dan modern yang ada di wilayah kelurahan Tanjunganom.
Kemudian, dilanjutkan dengan pengajian umum oleh KH. Husaini Rifa’i dari Sidoarjo.
Diantara materi yang disampaikan adalah berkaitan dengan ciri keistimewaan kaum santri. Yaitu, mampu mengaplikasikan Islam rahmatan lil alamin.
“Tadi pak Lurah bisikan ke saya, bahwa yang hadir disini bukan hanya kaum santri, dan warga muslim Tanjunganom saja, tetapi juga ada para pimpinan lintas agama dan kepercayaan. Satu keistimewaan kaum santri adalah bisa toleran dan hidup bersama dengan yang berbeda paham, agama dan kepercayaan. Ini aslinya santri, ini watak asli santri”, terangnya.
Dalam wawancara dengan ketua paguyuban pimpinan lintas agama dan kepercayaan, I Gusti Putu Dirgayasa, dirinya mengapresiasi dan merasa senang dengan dideklarasikannya kampung santri itu.
“Kami sangat mengapresiasi dan sangat senang bisa hadir di acara bersejarah di Nganjuk dengan dideklarasikannya kelurahan Tanjunganom sebagai kampung santri. Semoga sikap toleran dan hidup bersama-sama dalam keberagaman ini terus bisa terawat. Semoga demikian selamanya”, ujarnya.
Hal senada pun disampaikan perwakilan Jemaah Muslim Ahmadiyah, Sajid Ahmad Sutikno, “Meskipun menyandang sebagai kampung santri, Tanjunganom masih tetap mengedepankan sikap toleran, masih mau hidup bersama dengan yang berbeda agama atau kepercayaan. Hal itu terbukti dengan diundangnya kami para pimpinan agama dan kepercayaan yang tergabung dalam paguyuban tingkat kecamatan”, jelasnya.
Diketahui hadir dalam kesempatan itu, selain tokoh lintas agama dan kepercayaan, sekda kabupaten Nganjuk, hadir juga dari Forkopimcam Tanjunganom, para ulama, kyai dan ustadz, serta ratusan santri dan warga Tanjunganom.
Kontributor : Mln. Sajid Ahmad Sutikno