“Kekerasan diprakarsai oleh mereka yang menindas, yang mengeksploitasi dan tidak dikenali sebagai manusia”, (Paulu Freire, Pedagogy of the Oppressed, 1972) – diambil dari Buku “Perempuan dan Terorisme” Kisah Perempuan dalam Kejahatan Terorisme karya dari Leebarty Taskarina.
Tim LI Bekasi mendapat kesempatan yang berharga menghadiri ‘Club Kajian Islam Salam’ (19/05) dengan dua agenda yaitu, Kajian Islam : “Bijak memahami Hadists Misoginis” dan Bedah Buku “Perempuan dan Terorisme”, bertempat di Ruang Diskusi ICRP (Indonesian Conference on Religion and Peace), Jl Cempaka Putih Barat XXI No. 34 jakarta Pusat.
Ketua LI, Sekretaris Tablig dan Sekretaris Tarbiyat LI Bekasi nampak kompak mengenakan kerudung warna salem, sesuai arahan Bu Ketda JABAR01. Memulai perjalanan dari Bekasi menuju Ibu kota Jakarta dengan semangat dan gembira. Waktu masih menunjukan pukul 13.30, perjalanan 15 km ke gedung pertemuan ditempuh dalam waktu tidak sampai 30 menit sehingga kami menjadi tamu pertama di lokasi diskusi yang masih lengang.
Dengan memperkenalkan diri dari Lajnah Imaillah Muslim Ahmadiyah, kami diantar menuju ruang diskusi yang tidak terlalu besar, tampak tuan rumah masih bersiap-siap membereskan tempat. Ternyata Pak Zafrullah Pontoh bersama beberapa mahasiswa jamiah sudah mendahului kami sampai di Lokasi dan sedang di perpustakaan, menjalankan sholat dan melihat-lihat buku yang berada di perpustakaan Lantai 2 rumah yang disulap menjadi Kantor Yayasan ICRP yang diketuai oleh Ibu Musdah Mulia.
Ruang diskusi ICRP adalah bagian Garasi dari rumah yang dialih fungsikan menjadi ruang nyaman ber AC, selain peralatan presentasi dan poster ICRP, di dinding putih berjejer pula foto-foto para pendiri ICRP dan jajaran sesepuh ICRP. Nampak foto almarhum Abdurrachman Wachid sebagai salah seorang pendiri Yayasan, tokoh-tokoh agama dan juga Nampak foto Pak Zafrullah sebagai pengurus Yayasan.
Pertemuan hari ini adalah Kajian ke-9 dari rangkaian agenda Kajian yang menjadi program Kajian Islam yang dilaksanakan oleh Yayasan ICRP, suatu lembaga kecil non-profit yang menjalankan advokasi, pelayanan, kampanye perdamaian dan kebebasan beragama di Indonesia, ICRP menjalankan fungsinya sebagai bagian dari masyarakat yang sangat peduli kepada masalah-masalah kemanusian sesuai visinya Mewujudkan masyarakat Indonesia yang damai, berkeadilan, setara, persaudaraan dalam pluralisme agama dan kepercayaan, dan penghormatan kepada martabat manusia.
Satu persatu pesertapun datang, sehingga ruangan tidak lagi lengang, tepat pukul 15.00 Bu Musda Mulia pun hadir, beberapa pendiri ICRP, termasuk Pak Pontoh masuk ke dalam ruangan diskusi.
Kajian Islam mengenai Hadist Misogini dibawakan oleh Nara Sumber tunggal ibu Musda Mulia. Beliau dengan gaya khasnya membahas 5 kategori Hadist yang mengandung kebencian (istilah bu Musda) terhadap perempuan. Dari mulai Hadist Wanita diciptakan dari tulang rusuk pria, hingga Hadist yang menolak/membatasi peran perempuan di ranah publik. Walau peserta diskusi tidak semua dari kalangan muslim, namun semua nampak asyik menyimak penjelasan Bu Musda.
Waktu terus bergulir, sambil menunggu penulis buku, Mas Nurcholis sebagai editor buku, melanjutkan agenda dengan Bedah Buku “Perempuan dan Terorisme”. Buku terbitan gramedia yang laris manis ini akan dicetak ulang dalam waktu dekat menceritakan bagaimana peran perempuan sebagai korban dalam tindak terorisme di Poso.
Buku Perempuan dan Terorisme adalah Kisah Perempuan dalam Kejahatan Terorisme karya Leebarty Taskarina. Buku ini memberi kisah jujur dari dua istri teroris yang gugur dalam konflik di Poso. Bagaimana perjalanan hidup mereka dari masa remaja dan terjerembab dalam jurang terorisme hingga berakhir di jeruji besi. Pak Nurcholis mengaku sebagai Editor banyak rangkaian kata yang harus diperhalus untuk menjaga perasaan beberapa pihak, serta nama-nama tokoh juga disamarkan, untuk menjaga ‘privacy’ mereka.
Tak lama Mba Berty sang penulis muncul untuk melanjutkan sedikit paparan kisah dari buku yang ditulisnya. Dengan semangat penulis muda inipun menceritakan latar belakang penulisan, perjalanan dalam mewawancarai sumber cerita dan beberapa kisah yang miris bagaimana perempuan, Istri-istri dari tokoh pelaku kejahatan terorisme kebanyakan adalah korban, walaupun saat ini ada beberapa kejadian dimana paradigma ini bergeser sehingga wanita menjadi pelaku utama Terorisme, seperti kejadian di Sibolga. Wanita yang menjadi pemberi kehidupan, karena dari rahimnya muncul kehidupan baru melalui anak-anak yang dilahirkannya dan juga penjaga kehidupan dengan menyusui hingga dua tahun, selayaknya menjadi duta perdamaian. Potensi perempuan dalam proses deredikalisasi dan kontra-terorisme sangatlah besar sehinga harus didukung oleh pemerintah. Penulis juga memberi paparan soal jalan panjang bina damai melalui beragam pendekatan untuk Indonesia sonder terorisme.
Diskusi bedah buku dilanjutkan dengan masukan dari nara sumber tokoh-tokoh ICRP mengenai aksi terorisme di Indonesia. Para sesepuh ICRP pun memberikan pandangan-pandangan mengenai masalah terorismen dan bagaimana peran pemerintah dan masyarakat dalam membendung kejahatan terorisme ini. Salah satu yang disampaikan adalah peranan para tokoh-tokoh Agama dan para pendidik di sekolah agar paham menyimpang yang menjadi pangkal persoalan terorisme ini dapat dibendung. Juga dibahas bagaimana Era Digital juga berperan banyak dalam penyebaran Paham Terorisme. Mudahnya penyebaran paham melalui media sosial dan internet menjadi ancaman global bagi perdamaian dan kehidupan manusia itu sendiri.
Tak terasa jam sudah menunjukan bahwa waktu berbuka puasa hampir tiba. Diskusi bukupun diakhiri dengan tanya-jawab. Para peserta diskusi tampak semangat berebut mengajukan pertanyaan, namun waktu yang pendek juga yang membatasi sesi ini. Keseluruhan rangkaian acarapun ditutup dengan pembacaan shalawat oleh Mahasiswi Program Doktor yang bersuara merdu, dan doa menurut agama dan kepercayaan masing-masing peserta.
Alhamdulillah puasa kami akhiri dengan beragam menu yang menitikan air liur, mulai dari kue basah, biji salak, aneka buah-buahan hingga makanan berat bakso, sate, spagheti, asinan dan lain-lain sumbangan dari para relawan dan komunitas yang hadir.
Sungguh bahagia kami dilahirkan di Indonesia, beragam agama dan Budaya, namun kompak berbagi sapa dan salam dalam kehangatan. Selepas memuaskan dahaga dan keroncongan, kami pun sempatkan berfoto dan memperkenalkan diri, dengan Guru Besar UIN Prof. Dr. Siti Musdah Mulia, APU dan juga Mba Berty dan tidak lupa meminta tanda tangan di buku karyanya.
Selain dari Bekasi, nampak pula anggota AMSAW dari cabang Jakarta, anggota LI cabang Lenteng Agung, Cabang Jakarta, dan Ibu Yati Ketua Daerah Kalimantan Timur, in sha Allah kita akan bertemu kembali di acara-acara yang lainnya.
Kontributor : Rina Yuliamida, Ketua LI Cabang Bekasi, JABAR 01.