Houston telah menjadi rumah bagi umat Muslim-Amerika terbesar di Texas, dengan jumlah diperkirakan mencapai sekitar 1,2 persen dari lebih dari 2,2 juta penduduk. Asosiasi pemuda yang diikuti oleh Nasir adalah bagian dari Komunitas Muslim Ahmadiyah, yang didirikan pada tahun 1889, dengan lebih dari 70 cabang di seluruh negeri.
HOUSTON – Sebuah landasan keimanan Rahman Nasir, menurutnya, adalah setia kepada negara.
Sebagai anggota dari Asosiasi Pemuda Muslim Ahmadiyah lokal, pemuda berumur 22 tahun ini bekerja di food bank lokal, menjadi relawan di panti jompo dan mendaftarkan diri untuk menjadi pendonor darah.
baca juga: [feed url=”http://warta-ahmadiyah.org/tag/februari-2017/feed/” number=”3″]
“Saya tidak tahu di mana saya akan berada jika organisasi ini tidak memberi saya tujuan,” katanya.
Selama akhir pekan, sebanyak 150 anggota pemuda dari asosiasi Muslim tersebut berkumpul dari seluruh bagian negara di Houston untuk menghadiri pertemuan puncak yang dirancang untuk membina hubungan yang lebih baik antara jamaah Muslim dan komunitas mereka.
Pembicaraan menjadi lebih penting setelah pelantikan Presiden Donald J. Trump, yang telah berkampanye untuk pembatasan imigran Muslim dan adanya kemungkinan dilakukannya sensus warga Muslim di AS, kata Nasir, yang membantu mengatur pertemuan tersebut.
“Pembahasan mengenai hal ini bisa dikatakan menjadi lebih penting sekarang jika dibandingkan waktu lain sepanjang sejarah,” kata Bilal Rana, presiden Asosiasi Pemuda Muslim Ahmadiyah nasional.
Tergambarkan dengan Buruk
Dengan 700-800 anggota di seluruh daerah Houston, asosiasi ini adalah hanya salah satu segmen dari populasi Muslim yang beragam di Amerika Serikat. Houston telah menjadi rumah bagi umat Muslim-Amerika terbesar di Texas, dengan jumlah diperkirakan mencapai sekitar 1,2 persen dari lebih dari 2,2 juta penduduk. Asosiasi pemuda yang diikuti oleh Nasir adalah bagian dari Komunitas Muslim Ahmadiyah, yang didirikan pada tahun 1889, dengan lebih dari 70 cabang di seluruh negeri. Pilar kelompok tersebut yang membedakannya dari kelompok lainnya adalah penekanan pada pelayanan masyarakat, kata Rana.
Pertemuan dua hari tersebut, yang berakhir Minggu, merupakan bagian dari pertemuan tahunan yang diselenggarakan di seluruh negeri untuk asosiasi pemuda Ahmadiyah. Anggota asosiasi ini berusia antara 7 hingga 40 tahun.
Nasir telah menjadi anggota dari asosiasi ini sejak ia cukup tua untuk memenuhi syarat. Teman-temannya yang tumbuh bersamanya sejak kecil adalah orang-orang yang sama dengan ketika ia masih menjadi seorang mahasiswa di University of Houston, mempelajari pre-med dan psikologi.
Sejak awal berdirinya di tahun 1970-an, kelompok Houston ini telah memfokuskan pada pelayanan masyarakat seperti donor darah dan bank makanan. Ketika terjadi bencana gempa bumi yang melanda Haiti pada tahun 2010, anggota kelompok Nasir pergi untuk membantu memberikan upaya pemulihan. Dalam lingkup lokal, mereka membantu memberikan bantuan ketika daerah Greenspoint mengalami banjir selama badai dahsyat April lalu.
“Islam bukan agama yang digambarkan di media,” kata Nasir.
Yusuf Dosu, 27, menghadiri konferensi dari College Park, Maryland. Seorang mantan penerima untuk Morgan State University, Dosu datang ke pertemuan Houston untuk menekankan bahwa sebagian besar dari iman juga tentang merawat/memperhatikan (kesehatan) orang lain. Di College Park, Dosu mengajarkan anggota lain dari jemaatnya tentang berat badan dan lemak tubuh.
‘Sebuah perjuangan berat’
Dosu mengatakan bahwa dari pertemuan tersebut ia mempelajari mengenai strategi yang digunakan kelompok lain untuk memerangi penggunaan narkoba di kalangan anggota muda mereka. Pertemuan ini juga digelar untuk mengurangi kesulitan bagi masyarakat Amerika dalam memahami ajaran fundamental Islam, termasuk perdamaian dan moralitas, yang seringkali terdistorsi oleh penggambaran media akan ekstrimisme.
“Ini akan menjadi perjuangan yang berat,” kata Dosu.
Sumber: Houston Chronicle
Alih bahasa: Fadhil Ahmad Qamar
Editor: Lisa Aviatun Nahar