“Kita boleh fanatik akan keyakinan, tapi jangan antifanatik dengan yang berbeda”
Malam ini, Sabtu (10/10), Pameran Kitab Suci Lintas Iman digelar di Gereja Paroki Kristen Raja, Baciro, Yogyakarta. Ada lima stand pameran yang terdiri atas Ahmadiyya Muslim Community, Pondok Pesantren Nurul Umahat, Gereja Kristus Raja Baciro, Pura Jagad Natha Yogyakarta, dan GKI Gejayan.
Kegiatan Pameran Kitab Suci ini diselenggarakan dalam rangka peringatan Bulan Kitab Suci yang rutin diperingati Gereja Kristus Raja setiap bulan September. Tahun ini, peringatan Bulan Kitab Suci sedikit terlambat dan berbeda karena juga mengajak para umat untuk mengetahui Kitab Suci Agama lain.
Ahmadiyya Muslim Community atau Jemaat Muslim Ahmadiyah di Indonesia (JAI) memperkenalkan Al-Quran Ahmadiyah yang telah diterjemahkan oleh Jemaat Ahmadiyah dalam berbagai bahasa di dunia. Ada 49 Al-Quran dengan terjemah 38 bahasa dunia yang dipamerkan malam ini. Pameran ini rencananya akan digelar selama dua hari hingga Minggu (11/10).
Para pengunjung yang mayoritas dari Gereja Paroki Kristus Raja disuguhkan berbagai pengetahuan tentang Kitab Suci berbagai Agama serta ada pula tayangan Muslim Television Ahmadiyya (MTA) di stand JAI.
Beberapa pengunjung bertanya tentang Ahmadiyah dan perbedaannya dengan muslim yang lain. “Apakah ini Ahmadiyah yang diserang yang sering diberitakan itu?” Tanya seorang pengunjung. Salah satu penjaga stand menjawab, “Ya, benar, Bu. Akan tetapi, kami di Yogyakarta ini bisa saling menghargai dan hidup dalam kedamaian walaupun hidup di tengah masyarakat multikultural. Kita mungkin diserang, tetapi Tuhan mengajarkan kita untuk bersabar dan tidak membalas keburukan orang lain”. Sang pengunjung pun mengangguk tanda setuju dan menanggapi, “Kita boleh fanatik akan keyakinan, tapi jangan antifanatik dengan yang berbeda”.
Salah satu komentar pengunjung, seorang Lector (pembaca Sabda Tuhan), R. B. Joko Marwoto, “Sungguh saya merasakan kedamaian jika semua umat bisa hidup damai seperti ini!”.
Seorang pengunjung pameran yang merupakan seorang Katolik bertanya pada penjaga stand Al-Qur’an JAI. Ia bertanya, “Apakah benar Al-Qur’an hanya satu bahasa saja, yakni Arab?”. Dia bercerita bahwa istrinya seorang muslim. Istrinya baru membaca Al-Qur’an saat lansia dan yang dibaca bertulisan Arab saja. Bapak tersebut agak heran melihat banyak Al-Qur’an dengan berbagai bahasa di stand pameran Jemaat Muslim Ahmadiyah. Seorang penjaga stand Jemaat Muslim Ahmadiyah pun menjawab, “Yang Bapak maksud memang benar Al-Qur’an adalah bahasa Arab dan tidak berbeda sedikitpun dengan Al-Qur’an di manapun. Semua sama tulisannya, tetapi karena Al-Qur’an adalah pedoman bagi seluruh umat manusia maka diterjemahkan ke segala bahasa di dunia untuk dipahami, direnungi, dan diaplikasikan. Bapak tersebut pun merasa senang dengan jawaban tersebut. Pemikiran awalnya yang keliru bahwa Al-Quran hanya tertulis bahasa Arab berubah. Bahasa Arab tetap tertulis sebagai ayat yang merupakan firman Allah, tetapi agar bisa dipahami dan diimplementasikan ajarannya maka perlu diberikan terjemahan ke berbagai bahasa di dunia.
Penulis: Husna Farah
Dokumentasi: Fadhil Ahmad Qamar, Nasir Ahmad, Rizqi Baihaqi
Al-Quran Ahmadiyah dalam 38 Bahasa Dunia Dipamerkan di Pameran Kitab Suci Lintas Iman Yogyakarta
[sumber: http://arhlibrary.com/?p=2070]