Rabu malam (12/12) rombongan dari Jemaat Semarang, Jemaat Kudus dan Jemaat Pati bertandang ke kediaman KH. Musthofa Bisri.
Sambutan hangat tersaji saat rombongan yang berjumlah 15 orang terdiri dari Drs. Abdul Razak, Arief Syafi’i (Amirda Jateng 3), Mln. Encep Jamaludin (Mubda Jateng 3), Mln. Yusuf Awwab (Mubaligh Kudus), Mln. Muhamad Sobir (Mubaligh Pati), Roy A. Jamil (Qaid Wilayah), Dodik Setiawan (Sekum Anshar Wilayah), Ketua Jemaat Kudus, Ketua Jemaat Pati dan para pengurus dari ketiga Jemaat tersebut tiba. Mereka dijamu makan, minum dan hidangan ringan yang melimpah.
Gus Mus sendiri mengatakan bahwa ia mohon maaf karena tidak bisa menjamu lebih baik. Padahal hidangan yang disajikan lebih daripada baik bahkan luar biasa baik.
Beliau mengapresiasikan kunjungan dari Ahmadiyah dan juga menekankan pentingnya silaturahmi. Karena menurut beliau zaman sekarang adalah zaman krisis silaturahmi. Sehingga banyak yang memandang silaturahmi hanya cukup dengan medsos.
Beliau berceloteh bahwa gara-gara aktive di medsos beliau dianggap kiayi golongan muda padahal usianya sudah 74 tahun.
Beliau amat prihatin atas keadaan bangsa saat ini. Seluruh komponen bangsa seperti bertarung demi politik lima tahunan. Dan mereka seakan-akan menganggap bahwa Pilpres itu _*ila yaumil qiyamah*_ (hingga hari kiamat).
Padahal pilpres itu lima tahunan dan setiap lima tahun pasti akan ada presiden baru.
Lebih jauh beliau mengatakan bahwa zaman orde lama politik itu dijadikan panglima sehingga timbul pemberontakan-pemberontakan karena tidak sepemahaman.
Lalu orde baru lahir meruntuhkan orde lama dan menjadikan Ekonomi sebagai panglima. Namun dampaknya muncul praktek-praktek korup.
Kini setelah reformasi politik kembali dijadikan panglima dan lebih brengsek dari sebelumnya. Dan saking brengseknya hingga akherat pun ditarik dalam pusaran ini.
Oleh karena itu Beliau menyarankan agar jangan berlebihan.
Jika cinta kepada seseorang janganlah terlalu berlebihan.
Jika benci pada seseorang pum janganlah berlebihan. Begitupun jika suka kepada seseorang tidak boleh berlebihan. Karena semua yang berlebihan itu akan mencelakakan kita.
Seseorang yang suka berlebihan tidak akan bisa adil dan istiqamah
Karena ia akan lebih condong kepada perasaannya. Kalau sudah condong seperti itu bagaimana bisa adil. Dan bagaimana jua bisa menerapkan ihsan.
Pertemuan ditutup dengan foto bersama.
Kontributor : Mln. Yusuf Awwab