Manado – Sekretaris Pers Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) yang sekaligus Ketua Media Center Nasional (MCN) JAI, Yendra Budiana didampingi Mubaligh Jemaat Ahmadiyah Manado melakukan media visit.
Kali ini tim media milik Jemaat Ahmadiyah Indonesia tersebut menyambangi Sekretariat Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Manado di Jln Flamboyan I Nomor 29 Griya Paniki Indah Mapanget, Manado pada Kamis 30 Januari 2025.
Kunjungan ini menjadi bagian dari silaturahmi dan memperkuat komunikasi dengan insan pers di Sulawesi Utara.
Baca juga: Tarbiyat Remaja di Nagrak Tasik, Rishtanata Jadi Strategi Membangun Generasi Muda Islami
Dalam pertemuan tersebut, MCN JAI dan AJI Manado berbincang tentang berbagai dinamika media di daerah ini, termasuk tantangan dalam menyajikan pemberitaan yang adil dan proporsional bagi seluruh kelompok masyarakat, khususnya yang kerap kurang terwakili dalam media arus utama.
Sulawesi Utara dikenal sebagai salah satu wilayah dengan tingkat toleransi tinggi di Indonesia. Namun, dalam praktiknya, masih ada tantangan dalam pemberitaan yang inklusif bagi kelompok tertentu.
Ketua AJI Manado, Fransiskus Marcelino Talokon menyoroti bahwa tidak semua media memahami keberagaman sosial secara mendalam, sehingga beberapa komunitas belum mendapatkan ruang yang cukup dalam pemberitaan.
Baca juga: Pemuda Ahmadiyah Kuningan Jadi Pembicara Kegiatan IPPMK, Bahas Kecakapan Literasi di Era Digital
“Persoalan ini, jika melihat di Sulawesi Utara, memang masih banyak media yang belum memahami apa itu kelompok minoritas. Karena itu, mereka belum memberikan ruang yang lebih besar, kecuali teman-teman media yang sudah paham, baik yang merupakan anggota AJI maupun yang sudah terbiasa berkoalisi dengan AJI,” ujarnya.
Fransiskus menambahkan bahwa AJI Manado berupaya agar jurnalis yang belum memahami isu ini bisa lebih paham ke depannya.
“Kami tentu melakukan beberapa upaya agar teman-teman yang belum memahami ini bisa lebih paham dan nantinya dapat memberikan ruang yang lebih luas. Saat ini, kesadaran sudah mulai meningkat dibanding beberapa tahun sebelumnya,” jelasnya.
Baca juga: Tim Homeopaty Ahmadiyah Garut Warnai Haul Lembur Lewat Giat Sosial Pengobatan Gratis
Di sisi lain, Yendra Budiana menekankan pentingnya penggunaan istilah yang tepat dalam pemberitaan agar tidak terjadi miskonsepsi di masyarakat.
Menurutnya, pemahaman yang keliru sering kali memperkeruh persepsi publik terhadap kelompok tertentu.
“Tentu ada beberapa hal yang kami dapati, misalnya penggunaan istilah dalam pemberitaan. Selama ini, kami belum mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam terkait istilah yang sebaiknya digunakan. Apakah yang lebih umum atau yang lebih mudah dipahami masyarakat,” ungkap Yendra.
Selain itu, Yendra juga menyampaikan pentingnya komunikasi dua arah antara komunitas dan media untuk menciptakan pemberitaan yang lebih akurat dan proporsional.
“Kami ingin menjalin dialog yang lebih intens dengan media agar mereka memiliki akses terhadap informasi yang benar langsung dari sumbernya. Dengan demikian, jurnalis dapat memahami konteks yang lebih luas sebelum menulis berita,” tambahnya.
Pertemuan ini juga membuka peluang kerja sama untuk meningkatkan kapasitas jurnalis dalam meliput isu keberagaman dan kebebasan beragama.
Salah satu gagasan yang muncul adalah pelatihan bersama mengenai praktik jurnalisme berbasis fakta dan perspektif inklusif.
AJI Manado dan JAI sepakat bahwa media memiliki peran strategis dalam membangun narasi yang lebih adil dan berimbang terkait keberagaman sosial di Sulawesi Utara. *
Kontributor : Didin
Editor : Talhah Lukman A