Sanggau – Ramadhan 1445 H terasa istimewa di Jemaat Ahmadiyah Entikong. Selain program yang sedang berjalan seperti shalat tarawih berjamaah, tadarus dan kajian tafsir Al-Qur’an, juga diadakan peringatan hari Masih Mau’ud.
Pertemuan itu dilaksanakan sebagai program Semarak Ramadhan Muslim Ahmadiyah seluruh Indonesia (SERASI).
Acara yang digagas Sabtu malam, 23 Maret 2024 itu sukses dilaksanakan dengan dihadiri sekitar 35 orang.
Mereka yang datang ketempat acara nampak antusias dan semangat dengan datang dari jarak yang tidak dekat, mulai dari 30 kilometer hingga 50 kilometer dengan melalui medan sulit dan ekstrem.
Diawali dengan tilawatil Qur’an oleh Mln. Sultanul Qalam, kemudian sesi ceramah Ramadhan.
Ceramah disampaikan oleh Mln. Sajid Ahmad Sutikno, Mubaligh Daerah Kalbar 2 perihal keberkahan bulan suci Ramadhan dan tanda samawi pendukung kebenaran Imam Mahdi atau Masih Mauud as.
Mln. Sajid menambahkan tentang pentingnya berbaiat kepada Imam Mahdi wal Masih Mau’ud as., dan Islam akan berkembang pesat di zamannya.
Di bulan Ramadhan ini teringat dengan peristiwa bersejarah munculnya tanda samawi yaitu gerhana bulan dan matahari di satu bulan ramadhan yang pernah terjadi pada tahun 1894.
Hal itu adalah sebagai tanda kebenaran Imam Mahdi yang dijanjikan Rasulullah SAW.
Pada tahun 1890, seseorang wujud suci bernama Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad mendakwahkan diri diutus Allah Ta’ala sebagai Imam Mahdi yang dijanjikan.
Berbagai tanggapan positif dari hadirin disampaikan. Diantaranya, Hendrik seorang pemuda mualaf lulusan sebuah pondok pesantren.
“Saya merasa senang sekali bisa mengetahui informasi secara langsung perihal Islam Ahmadiyah yang sebenarnya. InsyaAllah saya akan membantu menjelaskan kepada masyarakat mengenai Ahmadiyah,” ujar Hendrik.
Sementara itu, Joko Supriyono seorang anggota Anshor Entikong juga memiliki kesan tersendiri.
“Selama ini saya belum pernah mendapatkan penjelasan terkait keutamaan Ramadhan seperti yang disampaikan oleh narasumber tadi”, tuturnya.
“Narasumber juga dijelaskan bahwa di zaman akhir ini sikonnya sedemikian mengerikan. Satu-satunya jalan keselamatan adalah mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala dengan cara menerima kebenaran Imam Mahdi wal Masih Mau’ud,” imbuh Joko Supriyono.
Ia juga mengungkapkan dari acara penuh keakraban dan persaudaraan itu, didapatkan kesejukan dan ketenangan batin tersendiri.
Joko akui bahwa selama ini belum pernah merasakan suasana tersebut.
Acara pun ditutup dengan doa oleh Sabiq Mubaligh, Mln. Mukhlis Ahmad. *