Tasikmalaya — Jamaah Muslim Ahmadiyah cabang Singaparna menggelar Peringatan Hari Mushlih Mau’ud.
Bertempat di Masjid Al-Aqso Kampung Badak Paeh, pada Selasa 202 Februari 2024.
Tampil sebagai pembicara utama adalah Mubaligh Jemaat Ahmadiyah Singaparna, Maulana Muhamad Ali.
Pada kesempatan itu, Ali memaparkan latar belakang digelarnya Peringatan Hari Mushlih Mau’ud.
Meskipun istimewa karena diperingati setiap tahun, tanggal 20 Februari bukanlah hari kelahiran Mushlih Mau’ud. Jamaah Muslim Ahmadiyah menjadikan tanggal 20 Februari sebagai momentum untuk mengenang tergenapinya nubuatan Masih Mau’ud as tentang kedatangan seorang reformer atau sang pembaharu yang dijanjikan.
Sebagai Imam Mahdi dan Masih Mau’ud, Mirza Ghulam Ahmad as menerima nubuatan atau ilham dari Allah Ta’ala tentang akan lahirnya seorang putra agung yang akan membawa revolusi rohani dalam kehidupannya. Kelahiran putra yang dijanjikan itu merupakan tanda agung dari Allah Ta’ala sebagai dukungan terhadap kebenaran pendakwaan Hz. Mirza Ghulam Ahmad sebagai Imam Mahdi dan Masih Mau’ud as.
Allah Ta’ala berfirman bahwa Dia akan memberikan keistimewaan yang khas pada anak tersebut antara lain: akan menjadi khadim atau pengkhidmat agama Islam, dia akan berumur panjang, dia akan menjadi seorang yang cerdas, serta akan menjadi penerus misi-misi Hz. Masih Mau’ud as.
Nubuatan tersebut beliau umumkan pada khalayak umum pada 20 Februari 1886. Dan pada tanggal 12 Januari 1889, putra yang dijanjikan tersebut lahir dengan nama Basyiruddin Mahmud Ahmad. Dengan begitu, nubuatan yang diterima Masih Mau’ud as telah tergenapi.
Genapnya nubuatan Hz. Masih Mau’ud as pada hakikatnya semata adalah untuk kemuliaan Rasulullah saw. Allah menganugerahkan nubuatan kepada Hz. Masih Mau’ud lalu menyempurnakannya sebagai dalil bahwa Islam mempunyai Tuhan Yang Maha Hidup dan juga nabi yang hidup. Hz. Masih Mau’ud pendiri Ahmadiyah merupakan pecinta dan pengabdi hakiki Rasulullah SAW.
Menjalani masa kanak-kanak dengan kondisi tubuh yang sering sakit, menjadikan Mia Basyiruddin Mahmud Ahmad tidak dapat mengenyam pendidikan secara formal. Beliau mendapatkan ilmu dan pengetahuan dengan belajar secara privat dari guru-guru yang didatangkan ke rumah.
Sebagai putra yang dijanjikan, Mushlih Mau’ud memberikan kontribusi yang sangat luar biasa. Beliau menulis 225 buku dengan pembahasan mencakup ke-Esaan Allah Ta’ala, bimbingan bagi umat Islam baik dari segi politik dan keagamaan, ekonomi Islam dan keuangan, juga menulis tentang pentingnya kemerdekaan untuk India dan Pakistan pada masa tersebut.
Salah satu buku yang ditulis beliau berjudul Dzikr Illahi. Beliau mengemukakan bahwa terdapat empat jenis dzikr, yaitu: Shalat, membaca Al-Qur’an, mengingat sifat-sifat Allah, serta mengingat sifat-sifat Allah dalam kesendirian juga mengungkapkan ke hadapan publik (tabligh).
Sebagai penutup, Ali mengajak semua muslim dan muslimah Jamaah Ahmadiyah untuk mengamalkan apa-apa yang telah disampaikan Sang Pembaharu. Mengamalkan Dzikr Illahi dengan memperbaiki shalat dan senantiasa shalat berjamaah, serta membaca buku-buku karya Hz. Mushlih Mau’ud.
Dihadiri 129 orang, acara berlangsung khidmat meski diguyur hujan deras. Nanang Suhana, Ketua Cabang Singaparna menyampaikan bahwa dengan adanya peringatan hari Mushlih Mau’ud diharapkan semua anggota dapat meneladani dan mengamalkan apa-apa yang telah dicanangkan oleh Hz. Muslih Mau’ud seperti mengikuti Gerakan Tahrik Jadid dan Waqfi Jadid.
Kontributor: Rahma
Editor: Talhah Lukman A