Penggambaran Nabi Muhammad (saw) seperti kartun yang diterbitkan oleh majalah satir Perancis dilarang dalam Islam dan membuat marah banyak umat Islam.
themulsimtimesDUBAI: Penggambaran Nabi Muhammad (saw) seperti kartun yang diterbitkan oleh majalah satir Perancis yang belum pulih dari serangan mematikan, dilarang dalam Islam dan mengejeknya (Muhammad saw) membuat marah banyak umat Islam.
Meskipun gambar mengolok-olok Nabi telah berulang kali membuat marah dunia Islam, pemimpin dan ulama dari Arab dan Muslim dengan cepat mengutuk serangan itu. Pusat belajar muslim sunni paling bergengsi, Al-Azhar mengatakan “Islam mengecam kekerasan.”
Dua orang bertopeng dan bersenjata bertopeng yang membunuh 12 orang di mingguan Charlie Hebdo pada hari Rabu menyatakan memiliki misi untuk “membalas” kartun nabi Muhammad (saw).
Hal ini kemudian menimbulkan kontroversi mengenai kartun nabi (Muhammad saw).
“Beliau adalah nabi yang dihormati oleh sekitar dua miliar orang … Apakah pantas mengejeknya?” Kata pendeta terkemuka Irak, Ahmed Al-Kubaisi kepada AFP, menjelaskan reaksi keras umat Muslim terhadap kartun Nabi Muhammad (SAW).
“Perancis adalah induk dari segala kebebasan, namun tidak ada yang mengatakan (penggambaran kartun ini) adalah hal yang memalukan,” katanya.
Mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad mengatakan, Charlie Hebdo telah memperlihatkan rasa tidak hormat terhadap Islam dalam berbagai kesempatan.
“Apakah perlunya mereka mengejek Nabi Muhammad, dan hal itu menyinggung umat Islam?” Katanya sebagaimana dikutip kantor berita Bernama.
“Kami menghormati agama mereka dan mereka harus menghormati agama kami,” tambahnya.
Protes keras pecah di berbagai negara Muslim setelah surat kabar Jyllands-Posten Denmark menerbitkan 12 karikatur Muhammad (saw) pada tahun 2005.
Charlie Hebdo dan publikasi Eropa lainnya mereproduksi kartun di tahun berikutnya, termasuk salah satunya yang memperlihatkan Nabi saw mengenakan sorban berbentuk seperti bom, menjadikan mereka target kemarahan Islam.
Kantor majalah Perancis dibom pada November 2011 menyusul penerbitan sebuah edisi yang menggantai namnya menjadi “Charia Hebdo,” (Syariah Hebdo), dengan karikatur Nabi di halaman depan.
Kurangnya rasa hormat
Inti masalahnya adalah “kurangnya penghormatan atas hak orang lain dalam kebebasan berekspresi” di negara-negara Arab dan Muslim, menurut Hassan Barari, profesor hubungan internasional di Universitas Qatar.
Beberapa orang “tidak memahami konteks Barat atas kebebasan berbicara, di mana anda dapat dengan mudah membuat film yang mengkritisi Yesus as.”
Mathieu Guidere, yang mengajar studi Islam di Universitas Toulouse Prancis, mengatakan bahwa “budaya toleransi, dan penerimaan pendapat yang berbeda hampir tidak ada di dunia Arab dan Islam.”
Dia menghubungkan kekerasan dengan perasaan terpendam oleh “hampir setiap Muslim percaya bahwa ia adalah pembela Nabi saw dan Islam.”
Barari menunjuk sejarah “permusuhan antara Barat dan Muslim”. “Kita tidak bisa menyangkal bahwa perasaan anti-Barat di wilayah tersebut terkait dengan kebijakan Barat. Hal ini terkait dengan kolonialisme masa lalu, kebijakan Israel, dan dukungan kepada kediktatoran, “katanya.
Larangan penggambaran
Mayoritas ulama Islam melarang menggambar semua nabi yang dihormati Islam, dan menolak penggambaran para sahabat Nabi Muhammad (saw), meskipun penggambaran itu dengan cara yang positif.
“Kita seharusnya tidak membukakan pintu bagi orang-orang untuk menggambar Nabi dalam berbagai bentuk yang dapat mempengaruhi statusnya di hati umatnya,” kata Kubaisi, ulama Irak yang tinggal di Dubai.
Tidak ada teks dalam Alquran atau hadits Nabi saw yang dengan dengan tegas melarang penggambaran tersebut, dan larangan tersebut “merupakan penghormatan dan penghargaan” kepada Nabi (saw), ia menambahkan.
Larangan tersebut berlaku juga untuk penggambaran Nabi dan sahabat Nabi Muhammad saw dalam film dan program televisi.
Ketika sebuah trailer film anti-Islam “Innocence of Muslims” muncul di YouTube tahun 2012, pengunjuk rasa di berbagai negara turun ke jalan.
Empat orang, termasuk Duta Besar AS Chris Stevens, tewas di Libya ketika ekstremis melakukan protes terhadap film tersebut dengan menyerang tempat-tempat penting AS pada 11 September 2012.
Beberapa pekan terakhir, sejumlah negara Muslim melarang fil karya Ridley Scott “Exodus: Gods and Kings” yang menampilkan Musa as.
Bahkan epik tahun 1970-an “The Message”, yang mengisahkan kehidupan Nabi Muhammad dan dibintangi Anthony Quinn, tidak menampilkan nabi (saw).
“Menggambarkan para Nabi Allah akan menimbulkan keraguan tentang status mereka dan mungkin mencakup kebohongan, karena pemeran tidak pernah bisa sesuai dengan karakter para nabi,” tercantum dalam fatwa atauu dekrit yang dikeluarkan oleh Dewan Fiqih Islam di Makkah