Bandung— Lajnah Imaillah Bandung Raya menghadiri Sosialisasi Pengawasan Partisipatif dan Peran Serta Perempuan di Hotel Best Western Bandung.
Forum ini guna menyukseskan Pemilu 2024 berintegritas, tanpa politisasi SARA, dan politik uang, sebanyak 33 organisasi diundang dari bermacam latar belakang.
Organisasi perempuan berbasis keagamaan seperti Muslimat, Fatayat, Aisyiyah, Persistri, PERKHIN (Khonghucu), WKRI (Katolik), PWK (Kristen), dan kelompok afirmatif diwakili HWDI (Wanita Disabilitas).
Kalangan universitas sebagai kantong suara pemilih pemula yaitu, ITB, Unpas, STHB, Maranatha, dan diundang pula kalangan media massa.
Acara dibuka secara resmi dengan ketok palu oleh Koordinator Divisi Pencegahan dan Partisipasi Masyarakat Bawaslu, Nuryamah.
Dalam sambutannya, ia memaparkan selayang pandang Bawaslu sebagai lembaga yang bertugas mengawasi penyelenggaraan Pemilu sesuai ketentuan Perpu, mencegah dan menindak pelanggaran dengan melibatkan partisipasi masyarakat serta publikasi media. Beda dari KPU, Bawaslu secara hirarki menjalankan fungsi supervisi penyelengaraan teknis Pemilu oleh KPU tersebut.
“Ibu-ibu jangan takut dengan Bawaslu. Kami bertujuan mengajak masyarakat sebagai mitra aktif dalam pengawasan Pemilu, karena wilayah kerja yang sangat luas tentu kemampuan kita terbatas. Kita semua berharap Pemilu terselenggara sukses dan damai. Semua tamu yang hadir di sini, kami menyebutnya sebagai Sahabat Bawaslu,” ujar Nuryamah, Jumat 8 September 2023.
“Dari 11 tahapan Pemilu, ada 3 tahap rawan kecurangan yang krusial, yaitu masa kampanye, masa tenang, dan ketika proses pemungutan suara. Sering ditemui kampanye melibatkan anak dibawah umur, ujaran kebencian, ataupun masa tenang yang tidak tenang dirongrong serangan fajar. Pelanggaran ini bisa ditindak jika ada pengawasan dan pelaporan dari masyarakat,” lanjutnya.
Konsep pengawasan partisipatif demikian sejalan dengan arahan Khalifatul Masih pada anggota Jemaat Ahmadiyah untuk selalu menjaga kerukunan serta setia pada negara di mana mereka tinggal.
Sebagai warga negara Indonesia yang baik, LI juga ikut berkomitmen berperan serta aktif mengawasi Pemilu mengikuti petunjuk Khalifah.
Di jeda coffee break, 2 perwakilan Lajnah menghampiri Nuryamah untuk berkenalan tatap muka.
Ia sebelumnya telah terhubung dengan LI Bandung Kulon saat merencanakan program sosialisasi lokal, kontan menyambut dengan hangat penuh antusias.
Pesan Nuryamah agar acara ini tidak berakhir menjadi seremonial belaka, tapi berkelanjutan dengan membangun kolaborasi dan sinergi salah satunya gagasan acara bersama Lajnah Imaillah.
Narasumber utama, Rafih, hadir membawakan materi peran pemilih perempuan agar menjadi cerdas dan berdaya.
Edukasi politik penting untuk membantu memahami proses pemilihan, hak-hak mereka dalam kesetaraan, karena proporsi pemilih perempuan yang besar dalam dapat mempengaruhi hasil Pemilu.
“Kebanyakan masyarakat masih memiliki stigma kurang pantas pada perempuan yang terjun di politik, karena dianggap tabu. Sementara suara perempuan seringkali dipergunakan sebagai alat pemenangan. Kita harus meningkatkan kualitas diri, memperkuat posisi, seperti Inggit Garnasih,” terangnya.
Keterwakilan perempuan dalam Pemilu diharapkan akan mendorong perubahan sistem kebijakan yang mendukung hak dan kepentingan perempuan.
Oleh karenanya, Lajnah Imaillah perlu memperluas pengetahuan agar melek politik dan tidak mudah terpengaruh arus negatif, sehingga bisa menentukan pilihan secara independen dan berkualitas, peduli akan nasib bangsa.
Kontributor: Amatul Shafi
Editor: Talhah Lukman Ahmad