Kediri, dalam rangka peringati Hari Sumpah Pemuda, sejumlah pemuda, aktivis, akademika, komunitas lintas agama dan kepercayaan, hingga tokoh budaya berkumpul menyelenggarakan sejumlah rangkaian kegiatan kebangsaan (26-28/10/2019).
Kegiatan dengan tema: “Pemuda untuk Indonesia Raya” ini digelar dalam rangka mensyukuri hari lahirnya Sumpah Pemuda ke – 91. Terdiri dari beragam kegiatan: Kemah budaya dan kebangsaan, gelar seni budaya dan upacara Sumpah Pemuda.
Kemah budaya dan kebangsaan digelar pada 26 – 28 Oktober, diikuti 100 orang pemuda dari Pramuka penegak dan berbagai komunitas yang ada di kabupaten Kediri.
Kemah budaya dan kebangsaan diantaranya diisi materi perihal wawasan kebangsaan dan kepanduan, pembelajaran membatik, edukasi gamelan, melukis cekakik, permainan tradisional, dan jelajah sejarah di kabupaten Kediri.
Gelar Seni Budaya ‘Kanthil Festival 2019’ pada malam 26 – 27 Oktober 2019 menampilkan berbagai kreasi tradisi dan modern: tari tradisional, teater, puisi, dan pemutaran Film ‘Wage’ .
Selain para tokoh lintas agama, kepercayaan, dan budaya, Muslim Ahmadiyah yang diwakili Mln. Syamsul Rizal pun berkempatan hadir.
Bukan saja pada saat rapat persiapan, awal pembukaan acara, tapi juga pada saat pemutaran film “Wage”, hingga pada puncak acara, yaitu upacara Hari Sumpah Pemuda.
Pada sesi pemutaran film “Wage” atau Wage Rudolf Supratman, Mln. Syamsul Rizal antusias mengikutinya, karena selain rasa hormatnya kepada seorang pemuda hebat pencipta lagu Indonesia Raya, juga karena Wage adalah seorang anggota muslim Ahmadiyah.
Menariknya, rangkaian kegiatan ini digelar di halaman rumah masa kecil Bung Karno, yaitu Situs nDalem Pojok Persada Soekarno, di Desa Pojok, kecamatan Wates, kabupaten Kediri, Jawa Timur.
Bertujuan untuk mengambil api semangat Bung Karno juga Sumpah Pemuda. Atas nama cinta tanah air serta menyatukan perbedaan-perbedaan.
Pada hari ketiga, puncak acara pun digelar, yaitu upacara peringatan Hari Sumpah Pemuda. Senin (28/10/2019).
Berbagai komponen pemuda, juga perwakilan umat lintas agama, tidak terkecuali Ahmadiyah antusias mengikuti upacara hari bersejarah itu.
Pada kesempatan itu juga dilaksanakan prosesi pembacaan “Sumpah Jati Diri Bangsa” dilaksanakan dengan hikmat mengundang secara khusus para tokoh lintas agama, para fakir miskin, dan anak yatim dengan maksud untuk memberikan doa restu dan dukungan.
Diiringi dengan pengangkatan kitab-kitab suci beberapa agama.
Peringatan Hari Sumpah Pemuda diselenggarakan guna memupuk nasionalisme, yaitu rasa cinta tanah air dan merawat keutuhan NKRI, meskipun berbeda-beda tetapi tetap satu. Satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa kita, INDONESIA.
Pada kesempatan itu juga digagas hal menarik. Usulan yang ditujukan kepada dunia agar dunia menetapkan tanggal 30 September menjadi Hari Besar Internasional sebagai Hari Besar “PERDAMAIAN ABADI.”
Hal ini mengacu kepada peristiwa besar bersejarah di sidang PBB terkait pidato bung karno “To Build The World A New” (Membangun Dunia Baru) yang dibacakan pada tanggal 30 September 1960. Dalam Pidato itu dengan terang mengusulkan “membangun dunia baru yang penuh perdamaian dengan konsep Pancasila”. Maka Bung Karno mengusulkan agar Pancasila dimasukkan dalam Piagam PBB.
“Bagi kami ini peristiwa besar bersejarah yang layak dikenang. Indonesia memberikan konsepsi besar untuk dunia, Pancasila. Sebagai generasi muda kita layak mengenangnya,” ujar Kushartono Ketua Situs Ndalem Pojok Persada Soekarno Kediri.
Kontributor : Mln. Syamsul Rizal dan Mln. Sajid A.S