Banjarmasin, (16/8). “Ada orang beranggapan bahwa saya penganut Ahmadiyah, ada juga yang beranggapan saya orang Syiah”, itulah salah satu pernyataan seorang Cendekiawan Muslim Indonesia Prof Dr. Azyumardi Azra, MA, CBE dalam acara REFLEKSI KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA KE 74 TAHUN di Vihara Dhammasoka Banjarmasin-Kalsel.
Acara ini terselenggara atas kerjasama FKUB Prov Kalsel, Vihara Dammasoka dan LK3 Banjarmasin. Yang bertemakan “Kemerdekaan, Dan Dinamika Kebebasan Beragama di Indonesia”.
Acara dihadiri lebih dari 100 orang yang terdiri dari berbagai agama, golongan dan aliran kepercayaan Kaharingan (agama orang Dayak). Turut hadir juga perwakilan dari Jemaat Ahmadiyah Banjarmasin 6 orang, terdiri dari 2 orang Ansharullah, 2 orang Lajnah, 1 orang Khudam dan 1 orang NAI.
Dalam acara ini Prof Dr. Azyumardi Azra, MA bertindak sebagai pemateri tunggal. Rangkaian acara berlangsung dari jam 14.00 – 17.00 WITA. Mulai dari registrasi, menyanyikan lagu Indonesia Raya, sambutan dan do’a.
Acara inti dimulai tepat pada pukul 15.00 wita. Pemaparan materi yang disampaikan oleh narasumber cukup menyejukkan suasana keberagaman dan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Moderator memberi kesempatan kepada hadirin untuk bertanya. Salah satunya Mubda Kalsel Aminullah Yusuf berkesempatan mengajukan pertanyaan yang diawali dengan memperkenalkan diri dan menerangkan Ahmadiyah secara singkat.
Mubada Kalsel juga menyampaikan bahwa nama Bpk Prof Azyumardi Azra sudah tidak asing lagi di kalangan minoritas termasuk Ahmadiyah. Beliau adalah orang yang selalu memperjuangkan hak-hak kebebasan kelompok agama maupun golongan manapun yang mendapatkan persekusi atas nama agama dan pemerintah. Kontribusi Ahmadiyah untuk RI pun turut disampaikan baik dilakukan secara organisasi maupun personal. Secara personal ada pencipta lagu Indonesia raya WR. Supratman adalah seorang Ahmadi. Dan seorang pahlawan Ampera asal Minang Arif Rahman Hakim juga seorang Ahmadi. Dan masih banyak yang lain.
Selanjutnya narasumber menjawab satu persatu pertanyaan termasuk pertanyaan dari Ahmadiyah. Dalam kasus Ahmadiyah maupun Syiah sebenarnya ada dari suatu negara Islam yang tidak suka dan sangat berperan dalam penentangan terhadap keberadaan Ahmadiyah dan Syiah misalnya Arab Saudi. Mereka menggunakan orang – orang yang ada di Indonesia. Dan kita orang Indonesia sebagai negara yang beragam dalam persatuan tidak perlu mengikuti apa yang dilakukan oleh mereka, ungkapnya.
Contohnya persekusi yang dialami Ahmadiyah di Parung, ada juga di Depok atas nama agama dan pemerintah, ungkap nya. Itulah yang saya bela. Dan ketika saya membela hak-hak kebebasan yang di persekusi itu “mereka kadang beranggapan kalau saya penganut Ahmadiyah, ada juga yang beranggapan saya Syiah kata Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan juga cendekiawan muslim ini.
Setelah sesi tanya jawab, acara dilanjutkan dengan foto bersama dan acara lainnya. Rombongan Ahmadiyah mengambil kesempatan untuk bincang-bincang santai dengan narasumber mengenai Ahmadiyah di Kalimantan Selatan.
Kontributor : Mln. Aminullah Yusuf / Mubda Kalsel