Pemuda Ahmadiyah Sumatera Utara kali ini mencetak sejarah karena sukses menggelar pertemuan gabungan tahunan se-Pulau Sumatera untuk pertama kalinya, di Danau Toba pada 8-10 September 2018.
Pertemuan tiga hari yang berjalan dengan penuh khidmat ini terasa sungguh mengasyikan karena berlangsung di tempat yang spesial yakni di Danau Toba.
Danau kebanggaan Propinsi Sumatera Utara ini seolah telah berhasil menyihir para peserta, sehinga acara demi acara seperti pengarahan, diskusi, perlombaan dan aksi sosial berjalan tanpa terasa.
Pesona pertemuan tahunan dan keindahan Danau Toba rupanya menjadi dua bagian yang tidak terpisahkan. Atas hal inilah para peserta yang berasal dari berbagai propinsi hadir dengan begitu antusias, dan yang lebih istimewa lagi pertemuan ini dihadiri pula oleh peserta dari negera jiran Malaysia. Tidak keliru jika dikatakan, pertemuan Pemuda Ahmadiyah telah berhasil ‘membawa’ Asia lebih dekat dengan Danau Toba.
Terkait Danau Toba, sesungguhnya sudah sejak lama pemerintah mencanangkan program-program unggulan demi meningkatkan parawisatanya. Itulah mengapa sejak 2016 pemerintah telah menetapkan Danau Toba sebagai salah satu dari 10 destinasi unggulan nasional.
Di antara keunikan dan pesona Danau Toba adalah ia menyerupai lautan biru dengan panjang 100 kilometer, lebar 30 kilometer dan kedalaman sekitar 508 meter.
Di danau ini, wisatawan dapat melakukan berbagai kegiatan yang menyenangkan, seperti pendakian gunung, berlayar mengarungi Danau menggunakan kapal layar dan berkunjung ke pulau terdekat yakni Pulau Samosir.
Dengan keuinkan dan pesonanya, danau vulkanik ini terus dikembangkan untuk menjadi kawasan wisata internasional yang setara dengan Bali, dalam rangka mencapai target 20 juta kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia di 2019.
Terkait pertemuan itu sendiri, Pimpinan Nasional Pemuda Ahmadiyah, Mubarak Ahmad Kamil, berpesan kepada para peserta agar tidak mudah menyerah dalam menghadapi berbagai persaingan hidup di era millennial ini, para pemuda Ahmadiyah harus berani berpikir dan bersikap menembus batas (out of the box) serta pandai dalam membagi waktu untuk berkhidmat bagi agama, nusa dan bangsa.
Pertemuan bersejarah ini ditutup dengan aksi sosial berupa penebaran 20.000 benih ikan nila di kawasan pantai Danau Toba dan aksi memungut sampah.
“Penebaran benih ikan ini bertujuan untuk melestarikan populasi ikan dan menjaga ekosistem di Danau Toba, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar Danau Toba”, ujar Mubarak Ahmad Kamil.
Gerakan penebaran benih ini sangat bermanfaat, pasalnya beberapa bulan yang lalu sekitar 180 ton ikan mati melanda Danau Toba dengan kerugian nelayaran ditaksir hingga Rp. 2,7 miliar.
Pemerintah dalam hal ini Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti telah menerjunkan Tim Satgas Penanganan Penyakit Ikan dan Lingkungan yang terdiri dari para ahli perikanan budidaya air tawar untuk berupaya mencari solusi atas kasus tersebut. (IAG)