“Sebagai aktivis, saat turun ke lapangan gunakan strategi bubur panas. Bagaimana kita makan bubur jika panas? Pasti mulai dari pinggir kan? Seperti itu juga memulai resolusi konflik, kita mulai dari sisi yang paling mudah kita jangkau dulu,”
BANDUNG – Pusat Kajian Kebhinnekaan dan Perdamaian Universitas Kristen Maranatha menggelar Sekolah Pengelolaan Kebhinnekaan dan Perdamaian 2017 sejak Minggu (29/1) hingga Jumat (3/2). Kegiatan yang berlangsung di Hotel Yehezkiel, Bandung itu turut mengundang banyak pembicara yang bergerak dengan isu menyangkut pengelolaan kebhinnekaan dan perdamaian baik di provinsi Jawa Barat maupun nasional.
baca juga: [feed url=”http://warta-ahmadiyah.org/tag/bandung/feed/” number=”3″]
Sejarah Pengelolaan Kebhinnekaan yang dibawakan oleh Dr. Zainal Abidin Bagir, Ph.D, dirinya menyinggung tentang ragam penyelesaian konflik yang terjadi di Indonesia. Pria yang akrab disapa Pak Zain ini menyebut tidak ada model baku dalam penyelesaian konflik.
“Konflik akan terus terjadi, dan kita hanya bisa melakukan diskusi terus menerus. Tidak ada model baku yang cocok untuk semua konflik, karena setiap konflik itu berbeda,” tutur Dr. Zainal Abidin Bagir.
Di hari keempat, Muhamad Miqdad dari Institut Titian Perdamaian memberikan materi bertemakan Peace Building dan Resolusi Konflik. Miqdad salah satunya menyampaikan mengenai teori pohon konflik, dimana pada umunya orang hanya melihat daun dan batang pohon yang bisa dikatakan sebagai akibat dan masalah yang terlihat. Dirinya mengatakan jarang yang menyadari bahwa konflik memiliki asal yang tak lain digambarkan sebagai akar pohon.
“Sebagai aktivis, saat turun ke lapangan gunakan strategi bubur panas. Bagaimana kita makan bubur jika panas? Pasti mulai dari pinggir kan? Seperti itu juga memulai resolusi konflik, kita mulai dari sisi yang paling mudah kita jangkau dulu,” tambah Miqdad.
Kegiatan yang diikuti dua orang muslimah Ahmadiyah Sukabumi dan berbagai organisasi kepemudaan seperti Forum Pemuda Lintas Iman Sukabumi (FOPULIS), Alang-alang di Cirebon, READY Tasikmalaya, dan Ponpes Mahasiswa Universal Al-Islamy ini selain pemberian materi diisi juga dengan berbagai diskusi kecil tentang menjaga kebhinekaan Indonesia serta pemutara film berjudul Mata Tertutup karya Garin Nugroho.
Kontributor : Sida Siddika Tahira
Editor : Talhah Lukman Ahmad