Bagaimana sebuah kelompok besar penghancur radikal dengan ideologi yang merusak tiba tiba muncul dan mendapatkan pengaruh yang kuat dalam kurun waktu yang singkat? Jawabannya sungguh tragis tetapi harus kita terima apabila kita berharap untuk menghentikan gerakan ISIS. Banyak yang menyatakan bahwa ISIS hanyalah semacam gambaran praktis dari doktrin Islam. Pernyataan seperti ini sangat tidak benar dan membahayakan publik.
Jika tujuannya adalah menghentikan pergerakan dan penyebaran ISIS, penting untuk melihat analisis data empiris- bahwa ISIS dan kelompok radikal yang simpati dengan mereka sama sekali tidak menggambarkan Islam. Seperti, jurnalis Al Jazeera, Mehdi Hasan yang mengutip laporan rahasia MI5 menyebutkan bahwa ISIS itu:
“Jauh dari kata relijius. Seluruh orang yang terlibat pada teroris itu sedikit melaksanakan perintah agama, seperti tidak mengenal agamanya.” Analis dari MI5 menemukan sedikitnya jumlah yang benar2 mengenal agamanya, dan banyaknya jumlah anggota yang merupakan pengguna narkoba, peminum alkohol, dan penyewa pelacur. Analis menyimpulkan ” Jika benar ISIS adalah kelompok yang didasari agama yang kuat, seharusnya mereka bergerak menentang kekerasan”
Menyambung dari hasil analisis MI5, Prof. Phyllis Chester membuat tulisan mengenai Pengutukan Islam dan Muslim terhadap Pornografi, dan mencontohkan hal yang sebaliknya pada muslim radikal yang memiliki obsesi terhadap pornografi seperti Osama bin Laden, Anwer al- Allwaki, teroris 9/11, dan tentu saja ISIS. Semakin tidak wajar apabila ISIS dianggap islami bila melihat kemunafikan para radikal tersebut. Jika kita menggambarkan ISIS tidak islami, dan juga virus yang ditularkannya, maka akan semakin jelas. Virus seperti menculik, memperkosa, melacur, atau membunuh, ISIS akan melakukan apapun demi bertahan dan berkembang.
ISIS bukanlah kelompok kekerasan yang muncul tiba tiba. Presiden Obama berkata, “ISIS adalah hasil perkembangan yang tumbuh dari Al Qaeda, akibat invasi kita ke Iraq, konsekuensi yang tidak diinginkan. Untuk itu kita harus membiasakan untuk membidik sebelum menembak.”
Memang ISIS baru muncul di media sebagai berita utama pada musim semi tahun 2014, tetapi ketidakadilan Blok Barat juga terlinat didalamnya jauh sebelum itu. Virus tadi ditanamkan pada tahun 1980 oleh CIA. Ketika CIA membuat dan melatih para radikal untuk berperang di perang proksi kita. Kemudian virus itu diperkuat oleh mereka yang mempelajari buku buku tentang radikalisasi dan terorisme. Lalu Amerika Serikat semakin mendukung hal ini ketika mereka membiayai kediktatoran Saddam Hussein. Kemudian menjadi tak terkendali saat Perang Iraq, dimana Amerika Serikat memimpin koalisi 36 negara untuk mengebom dan menghancurkan sebuah negara dan seorang diktator yang dibangun dan diperkuat sebelumnya, hingga mengorbankan beratus-ratus ribu penduduk sipil.
Kata-kata Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di tahun 2002 ,”Jika kalian menurunkan rezim pemerintah Saddam, saya menjamin, akan ada keberuntunan yang sangat positif untuk Iraq” menjadi bualan belaka. Karena tragisnya, ISIS lah hasil salah satu dari “Keberuntunan yang sangat positif” itu.
Maka, melihat ISIS hanya dari setahun terakhir, lalu mengacuhkan bertahun-tahun ketidakadilan kekuatan Blok Barat dan komunitas internasional kepada Iraq, adalah suatu kesalahan yang besar.
Tetapi ini bukanlah akhir cerita. Melihat ketidakadilan Blok Barat hanyalah satu bagian dari rumus dalam memahami dan mengalahkan ISIS. Janganlah melupakan keterlibatan dari beberapa pemerintahan Muslim.
Hal kunci untuk menyembuhkan virus apapun adalah mememukam asal muasalnya. Lalu asal muasal ISIS sebenarnya adalah jauh sebelum ketidakadilan Blok Barat dan inilah juga yang menyebabkan ketidakadilan tumbuh subur. Kevin McDonald, jurnalis The Guardian mencatat:
Ketika dia berpidato pada bulan Juli di Mesjid Besar Mosul untuk mendeklarasikan pembuatan negeri Islami dengan dia sendiri khalifahnya, Abu Bakar al-Baghdadi mengutip banyak dari pemikir Indian/Pakistani Abul A’la Maududi, penemu Jamaat-e-Islami pada tahun 1941 dan merupakan penemu istilah negara Islami.
Maududi mendukung pandangan kekerasan dan fasis yang belum pernah ada dalam sejarah Islam. Dalam pandangan Maududi dalam menyebarkan Islam, Maududi menyalahkan semua pandangan selain pandangan dia. Dia menulis di bukunya Jihad in Islam:
Islam ingin menghancurkan semua Negara dan Pemerintahan di muka bumi yang bertentangan dengan ideologi dan program Islam. Tujuan dari Islam adalah untuk mendirikan Negara dengan ideologi dan program berbasis Islam, tidak melihat negara mana yang pejabatnya orang Islam atau negara mana yang melemahkan proses pendirian negara Islam.
Padahal, Semua setuju bahwa pendidikan Maududi hanyalah sebatas SMA. Dia tidak memiliki pendidikan akademis tentang Islam, beasiswa Arabic, Pelajaran Hadis, Pelajaran Al Quran, atau sejarah Islam. Tapi tetap saja, ideologi “Ilmuwan” al-Baghdadi menjadi landasan pergerakan ISIS . Betapa bahayanya apabila kita percaya bahwa ISIS menggambarkan ajaran Islam yang terdidik dengan baik. Siapapun, dimanapun, yang mempromosikan ISIS karena ajaran mereka Islami, bukan karena ajaran mereka yang sangat tidak Islami, berarti membuat nama buruk bagi berjuta-juta Muslim di dunia yang sejatinya mengutuk ISIS.
Keterlibatan beberapa pemerintahan Muslim dalam memperkuat ISIS – sambil dibelakangi oleh Blok Barat – adalah dengan mengimplementasikan idelogi Maudidian. Akibatnya adalah, mereka membuat atmosfer kecerendungan untuk mengikui ideologi ISIS, contoh Pakistan dan Saudi Arabia yang memberlakukan hukuman mati untuk non-muslim dan penistaan agama, hukuman yang sama dilakukan ISIS.
Pemerintahan Syiria juga terus menerus menghukum dengan kekerasan dan ketidakadilan kepada penduduknya, dan ini menanamkan bibit bibit anggota baru ISIS. 2011 Arab Spring meninggalkan jutaan Muslim di Wilayah Afrika Utara dan Timur Tengah yamg memimpikan kepemimpinan yang adil, tetapi apa yang didapat?, tidak lain hanyalah kepemimpinan tirani, kesenjangan ekonomi, dan ketidakadilan sosial. Jadi, ISIS tidaklah mengimplementasikan Islam yang murni. Yang mereka implementasikan adalah Islam versi Maududi, seorang pria yang bahkan tidak terdidik prinsip dasar Islam.
Jadi inilah kenyataan tragis: ISIS muncul karena karena ketidakadilan Blok Barat dan ketidakadilan Pemerintahan Muslim. Maka dari itu, untuk menghentikan ISIS kita harua menghentikan tren ketidakadilan ini!.
Mirza Masroor Ahmad, pemimpin Komunitas Muslim Ahmadiyah dan Khalifah dari organisasi islam terbesar menawarkan solusi untuk menyelasaikan masalah ini ketika Beliau di simposium perdamaian internasional di Eropa minggu kemarin:
Akan jauh lebih efektif apabila kekuatan besar mendukung pemerintahan lokal dengan membangun rasa saling kerjasama dan saling percaya. Dengan begini, mereka dapat membuat strategi untuk menghentikan penyebaran ekstrimisme dan ideologi penuh kekerasan. Daripada melawan pemerintahan lokal dengan memberikan pelatihan militer dan senjata perang ke kelompok pemberontak. Kebijakan-kebijakan ini akan jauh mengobarkan konflik dan tensi yang ada di antara negara-negara.
Solusi ini membutuhkan Blok barat dan mayoritas Muslim untuk mengacuhkan masalah ekonomi seperti tanah kekuasaan dan minyak bumi lalu berfokus kepada hukum dan keadilan internasional. Maka, komunitas internasional harus bertindak cepat untuk melihat asal muasal ISIS sebagai organisasi politik yang ekstrimis, bukan organisasi Islam.
Para pemimpin Muslim harus mengembalikan kasih sayang dan keadilan kepada nilai moral dan agama dan menghilangkan interpretasi Kitab yang menhasilkan kekerasan, kebencian dan kerusakan. Nama baik Islam akan bersih apabila tragedi ISIS dibersihkan. Pembersihan dan pemurnian Islam ini akan menghasilkan orang orang yang mengadopsi hidup penuh doa, cinta,dan kasih sayang. Inilah takdir sejati Islam.
Sumber : The Inconvenient Truth About ISIS
Penerjemah : Fariz Abdus Salam